" Makanannya nggak mengandung babi, tapi belum tentu halal... "
MEMBACA banyak tulisan tentang sertifikasi halal dan haram, aku teringat beberapa pengalamanku terkait soal makanan.
Bekerja di perusahaan multinasional membuat aku kadangkala harus menghadiri training atau meeting di kantor- kantor cabang negara lain, dimana makanan yang tak diizinkan untuk dimakan oleh umat muslim -- terutama babi -- biasa dikonsumsi sehari- hari.
Kucatat banyak toleransi dan perhatian dari teman- teman berbangsa lain dalam hal ini. Bahwa muslim tak diijinkan mengkonsumsi babi, rupanya merupakan pengetahuan umum yang diketahui oleh hampir semua orang.
Paling sedikit, itu yang kualami.
Teman- temanku -- terutama para tuan rumah di negara dimana kami berada -- umumnya berbaik hati saat kami sedang makan. Jika makanan yang dihidangkan prasmanan, biasanya mereka menunjukkan padaku, " Yang ini kamu bisa makan, yang ini jangan. "
Dasar bandel, adakalanya aku dan beberapa kawan dari Indonesia kadang- kadang malah tertawa- tawa bergurau saat kawan kami yang tuan rumah sibuk menunjukkan ini dan itu pada kami agar kami menghindari jenis makanan tertentu. Kami dengan iseng mengatakan, " Yaaa... kenapa dikasih tauuu ? "
Komentar nyeleneh yang biasanya membuat mereka bingung. Lho, koq reaksinya begitu ?
Dan dengan jahil kami katakan, " Karena kalau tidak tahu, kami boleh memakannya. Sebab dikasih tahu, kami jadi tidak bisa makan... ha ha... "
Oh, begitu ?
Mereka baru tahu itu.