Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Karena Anonim Itu Tak Sama dengan Membual (Catatan Tentang Kebocoran Data)

23 April 2014   02:37 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:19 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13981701041285129294

[caption id="attachment_321049" align="aligncenter" width="447" caption="Gambar: www.rightcopywriter.com"][/caption]

Air menetes satu- satu. Gerimis senja itu.

KUTI meneguk coklat hangat dari cangkirnya. Begitu juga dengan ketiga anak mereka. Dee, seperti biasa, memilih teh hangat untuk menemaninya menikmati hujan.

Sambil menikmati coklatnya, Kuti membaca sesuatu di layar smartphone yang dia pegang. Tak lama, terdengar komentarnya.

" Itu Dee, katanya sudah dibereskan, data yang bocor itu. "

Hmm. Dee langsung paham topik apa yang sedang dibahas suaminya.

Kuti sibuk beberapa hari belakangan ini dan tak sempat membuka blog keroyokan dimana mereka biasa menulis. Maka dia tak tahu ketika ada berita tentang kebocoran data.

Data para penulis di blog keroyokan itu bisa dibuka oleh publik dari google. Artinya, siapapun bisa membaca data itu. Ada sebuah celah dalam sistem IT yang membuat data penulis yang terverifikasi akan muncul di suatu halaman tertentu yang bisa diakses oleh semua orang, saat sebuah tulisan ditayangkan.

Beragam komentar muncul tentang hal itu. Ada yang mengatakan tak apa sebab dia toh bukan orang terkenal jadi datanya terbuka tak masalah untuknya. Ada juga yang mengatakan data pribadi dirinya selama inipun memang telah ditulis semua di akun-nya, seperti toko mie yang memajang menu di depan toko sehingga tak ada bedanya apakah data itu terbuka atau tidak sebab dia memang sudah membukanya di depan. Tetapi kebanyakan merasa tak nyaman atas bocornya data itu.

Ada banyak yang merasa terbukanya data pribadi begitu lengkap, dari alamat, tanggal lahir, nomor telepon, data pekerjaan, bahkan penghasilan akan bisa disalah gunakan oleh pihak- pihak yang berniat buruk dan tak bertanggung jawab.

Maka pada akhirnya banyak yang merubah isi datanya dengan data karangan.

" Jangan- jangan nanti mesti ada status baru, 'yang, " komentar Dee jahil saat dia bercerita pada Kuti tentang data yang bocor itu. " Bukan hanya terverifikasi atau tidak tapi mesti ditambah dengan 'pernah terverifikasi', he he he. Sebab data yang pernah valid itu kini banyak yang sudah dirubah menjadi data karangan. Scan KTP-pun juga banyak yang konon sudah diganti menjadi gambar kartun. He he. "

" Eh, tadi tau darimana sudah dibereskan? " tanya Dee pada Kuti, sambil membersihkan mulut Nareswari dari sisa- sisa coklat yang diminumnya.

" Ini ada pengumuman, klarifikasi dari admin tentang keamanan data yang terverifikasi, " kata Kuti menunjukkan smartphone-nya pada Dee.

Dee membaca tulisan tersebut.

Tentu saja, dia mengapresiasi fakta bahwa pada akhirnya tindakan koreksi sudah dilakukan. Data terproteksi kembali.

" Tapi bagaimanapun tingkat kepercayaan sudah akan turun, " kata Dee. " Walau ada pengumuman seperti ini, aku rasa yang akan merubah data menjadi data karangan akan tetap banyak. "

Dee menelisik tulisan yang barusan dibacanya. Konon, tautan membuat data terbuka itu sebenarnya ditujukan untuk men-debug salah satu aplikasi versi mobile yang dikembangkan beberapa minggu lalu. Tautan itu seharusnya ditutup sehingga tidak dapat diakses oleh siapapun kecuali aplikasi dan developer. Namun yang terjadi, tautan itu terbuka.

" Waduh, " komentar Dee, " Artinya rumors yang beredar beberapa minggu yang lalu itu benar. "

" Rumors apa? " tanya Kuti pada sang istri.

" Beberapa minggu yang lalu sudah pernah ada yang mengatakan bahwa setiap kali sebuah artikel tayang, data penulisnya akan tayang dan bisa dibuka publik. Beberapa orang sudah mengatakan hal tersebut. "

" Ada tindakan diambil admin saat itu ? "

Dee menggeleng.

" Inilah sayangnya. Tidak, tidak ada. Jangankan berita semacam beberapa minggu yang lalu itu yang bentuknya sekedar 'katanya... katanya', bahkan kali ini saja, tindakan akhirnya diambil karena sang pelapor gigih melaporkan dan menaruh tautan artikel dia yang menceritakan ada kebocoran itu dimana- mana di kolom komentar untuk mendapatkan perhatian. Sebab katanya, saat dia melaporkan pertama kali dan menuliskannya dalam bentuk artikel, artikel dia malah dihapus. "

" Dihapus? " tanya Kuti, " Kenapa ?"

" Sebab diminta bukti, " kata Dee. " Itu sebabnya dia akhirnya memberikan link dimana semua data itu bisa terbaca dan itu sebabnya akhirnya banyak orang membuka link tersebut dan melihat fakta bahwa data memang bocor. "

" Wah, " kata Kuti. " Seharusnya itu tidak terjadi. Selayaknya saat sudah ada yang melaporkan, tidak lanjut harus segera diambil, bukan menanti hingga pelapor harus menunjukkan bukti sejauh itu baru tindakan diambil. "

Dee mengangguk. Dia setuju. Dia menghargai bahwa saat ini konon kebocoran telah diatasi tetapi menurut Dee memang selayaknya saat laporan semacam ini masuk, ada kepekaan dan sense of urgency yang baik sehingga pengabaian atau bahkan lebih parah lagi, penghapusan artikel yang melaporkan kebocoran itu tak terjadi. Ini masalah serius yang harusnya diselesaikan segera. Bukan baru ditangani setelah sekian hari, sebab bahkan hitungan jam saja sebetulnya sudah terlalu lama.

Tentu, dapat dipahaminya keresahan yang terjadi. Banyak orang yang memberikan datanya sebab ada jaminan bahwa data itu akan dirahasiakan. Maka ketika data yang harusnya terlindungi itu bocor, ketidaknyamanan yang merebak menjadi sesuatu yang logis.

Kuti membaca- baca lagi smartphone-nya. Dan dia tersenyum kecil saat membaca suatu artikel.

" Dee, " katanya pada istrinya. " Sepertinya dampak bocornya data ini bukan hanya bahwa kelak data bisa digunakan untuk melakukan kebohongan oleh pihak- pihak yang tak bertanggung jawab, tapi pada beberapa orang, dampaknya terbalik, yakni kebohongan yang mereka lakukan selama ini menjadi terbuka. "

Oh? Dee berpikir sejenak.

" He...he," komentarnya," Maksudmu, ada orang- orang yang sering memberikan gambaran ini dan itu tentang dirinya sendiri dalam tulisan dia untuk membentuk suatu persepsi tertentu yang hebat dan ternyata setelah data ini terbuka tak sengaja, ditemukan bahwa apa yang diceritakannya itu semata isapan jempol ?"

Kuti mengangguk.

" Begitulah, " katanya.

Dee tersenyum. Dia sendiri selama ini tak selalu menganggap bahwa penulis yang terverifikasi lebih bisa dipercaya daripada yang tidak. Dia tahu bahwa ada banyak penulis anonim yang tak terverifikasi yang menulis dengan bagus, tulus dan jujur, serta juga tak tertutup matanya pada fakta bahwa sebaliknya ada penulis terverifikasi yang banyak mengisi tulisannya dengan bualan semata.

Dee teringat kutipan yang pernah dibacanya. Maimonides, seorang filsuf Spanyol pernah mengatakan kalimat ini : Do not consider it proof just because it is written in books, for a liar who will deceive with his tongue will not hesitate to do the same with his pen.

Tentu pada konteks saat ini, kata buku itu bisa diganti pula dengan artikel- artikel di internet semacam apa yang tertulis di blog, misalnya.

Ah. Ya begitulah. Dalam hal ini, pikir Dee, kebocoran data yang terjadi memang patut disesalkan, tapi di pihak lain, salah sendiri, kenapa bohong. Seharusnya kan sudah disadari bahwa menulis anonim tanpa membuka data diri sejatinya memang bukan alasan untuk melakukan kebohongan atau menjadi pembual. Sebab itu memang dua hal yang sangat berbeda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun