Itu yang membuatku makin takjub. Boss ini, walaupun berjauhan secara fisik tetapi dalam setiap percakapan 1 on 1 denganku melalui telepon, satu atau dua patah kata dariku sudah cukup untuk membuatnya bisa merangkai cerita dengan lengkap. Begitu juga yang terjadi ketika suatu saat dia datang mengunjungi aku dan teamku ke Indonesia sini, di saat ada beberapa hal yang sedang tak bejalan sesuai harapanku. Satu dua menit mengamati, dia pahami situasinya.
" Sepertinya ini waktu yang salah untuk datang, ya, " katanya, " Kamu lagi kesal terus seperti itu. "
Wadhaw !
Gimana dia bisa tauuuuu? Aku kan nggak cerita apa- apa, lho. Ha ha ha.
***
" Ajari aku, " kataku padanya.
" Ajari aku untuk bisa memahami banyak hal ketika sebenarnya tak ada yang mengatakan apapun tentang itu. "
" Intuitif saja, " katanya. Kemudian diberikannya beberapa tips, Â yang pada akhirnya membuat aku menarik benang merah bahwa pada dasarnya dia biasa berusaha melihat situasi dari beragam sudut pandang. Memahami bahwa dia harus menerima seorang manusia secara utuh. Baik cara pikirnya, nilai- nilai yang dianut, kepribadiannya.
" Kita kan kerja dengan orang, bukan robot, " katanya. " Jadi kita mesti bisa memahami keseluruhan diri seseorang. Kalau sudah paham, ya mudah untuk memahami apa yang sedang dihadapinya.
Ha ha.
Baiklaaahhhhh.