Sulit mendapatkan karcis kereta ke Jawa Timur di hari-hari dekat lebaran, maka tiga bulan yang lalu, saat pemesanan karcis sudah mulai dibuka, kami memesankannya karcis bertanggal 17 Juli.
Duh, aku prihatin betul.
Saat melihat namanya di layar teleponku, padahal, aku sudah gembira. Sebab kuduga itu adalah telepon yang mengabarkan bahwa dia sudah tiba di rumahnya dengan selamat. Tapi ternyata isi beritanya bukan hal menggembirakan.
" Apa yang diambil, Mbak?"
" Semua...," katanya. "Semuaaa... Huhuhuhuhu," dia menangis keras.
Lalu setelah suara tangis itu dia meneruskan lagi, "Uang, kalung, anting saya habis...."
Aduh!
" Terus gimana dong?" tanyaku, "Gimana caranya naik bus nanti dari Surabaya kalau uangnya habis?"
Saat itu yang terpikir olehku adalah bagaimana caranya dia bisa selamat sampai di rumahnya dulu. Rumahnya bukan di Surabaya, tapi di kota lain, yang masih berjarak beberapa jam dari Surabaya. Perjalanan mudiknya memang seharusnya naik kereta sampai Surabaya, lalu dari Surabaya disambung bus hingga ke kota asalnya.
"Ini saya sudah di rumah," jawabnya di antara tangisnya, "Tadi masih ada uang dua ratus ribu di dompet saya, jadi saya bisa pulang."
Oh, baiklah. Paling sedikit, dia sudah di rumah. Kalau tidak, jika tak ada uang sama sekali, dia kan bisa keleleran tidak karuan di Surabaya.