TAHUN 2009 lalu, penghuni Rumah Kayu memutuskan untuk membuat sebuah penerbitan. Penerbitan ini dimaksudkan sebagai wadah untuk merealisasikan sejumlah ide yang terkumpul di blog, menjadi buku yang bisa dibaca masyarakat luas.
Setelah berdiskusi panjang lebar, kami memutuskan untuk menamakan penerbitan itu sebagai Daun Ilalang Publishing. Nama itu kami pikir cukup bagus dan bernuansa  puitis. Setidaknya, nama "Daun Ilalang Publishing" jauh lebih bagus dibanding "Suka Ngeblog Publishing", misalnya, hehehe.
Produk perdana Daun Ilalang Publishing adalah buku kumpulan tulisan kami di blog Rumah Kayu di platform ngeblog milik detikcom (saat itu kami belum membuat akun di Kompasiana). Buku berjudul "Senandung Cinta dari Rumahkayu" itu diterbitkan akhir 2009 dan beredar secara resmi awal 2010.
Dari sisi bisnis, buku itu lumayan. Kami bisa balik modal dan dapat royalti. Dan rasa-rasanya semua stok di toko buku sudah habis. Setelah buku perdana, kami berencana menerbitkan buku lain yang materinya diambil dari tulisan di blog Rumah Kayu. Melihat banyaknya stok tulisan, rasa-rasanya kami bisa bikin  lima hingga enam seri.
Selain dari blog Rumah Kayu, kami juga berencana membukukan kisah spionase dan intelejen Garuda Hitam, dan cerita silat Darah di Wilwatikta. Untuk Garuda Hitam, rencana itu batal karena kisahnya sudah diterbitkan dalam versi digital oleh Gramediana, setelah bagian pertama cerita itu menjadi pemenang dalam kontes menulis yang digelar situs itu. Sementara untuk Darah di Wilwatikta, kemungkinan baru akan dibukukan jika kisahnya rampung, mungkin 15 tahun lagi (hah?).
Praktis, sejak didirikan, Daun Ilalang Publishing baru menerbitkan satu buku yang dicetak, plus sebuah ebook pada tahun 2012. Selanjutnya penerbitan ini mati suri karena pemiliknya asyik bersibuk ria.
Di tahun 2014, Daun Ilalang Publishing kembali menggeliat. Di bulan Agustus, Daun Ilalang Publishing menerbitkan tiga buku dalam versi digital, dan dijual di amazon.
[caption id="attachment_340081" align="alignnone" width="585" caption="Daun Ilalang Publishing di amazon (dok. pribadi)"][/caption]
Tiga judul itu yakni A Gun for Sale, buku sekitar 35 halaman yang diterbitkan 23 Agustus 2014.
[caption id="attachment_340083" align="aligncenter" width="591" caption="Buku "]
Kemudian Money and Honor, buku 39 halaman yang diterbitkan 24 Agustus.
[caption id="attachment_340084" align="aligncenter" width="574" caption="Buku "]
Dan terakhir The Gun-Girl, 24 halaman, terbit 25 Agustus.
[caption id="attachment_340086" align="aligncenter" width="566" caption="Buku "]
Ketiga buku itu semuanya bergenre western alias koboi wild west tempo doeloe. Kisah dalam buku-buku itu gak bagus-bagus amat, walau juga rasanya gak jelek-jelek amat, hahaha
Tentu, masih akan ada judul lain yang bakal diterbitkan Daun Ilalang Publishing, setidaknya yang bakal dipublish pertengahan bulan September, karena saat ini salah satu penghuni Rumah Kayu sedang sibuk menjadi ghost writer buku Jokowi yang rencananya bakal diterbitkan Gramedia.
Lebih mudah
Kenapa Daun Ilalang Publishing kini beralih ke buku digital? Karena dalam praktek, menerbitkan  buku digital jauh lebih mudah, dan murah, dibanding menerbitkan buku cetakan. Buku digital tak perlu dicetak. Setelah diformat dan dilengkapi cover, bisa langsung dipublish dan dalam jangka waktu kurang dari 24 jam sudah bisa diakses dan dibeli orang. Sementara buku cetak, perlu dicetak, yang memakan biaya cetak. Kemudian perlu disalurkan ke toko buku. Bagi kami yang (sok) sibuk, membuat buku cetak bakal menyita waktu.
Terjun ke bisnis buku digital juga membuka peluang karena bukunya dipasarkan ke dunia internasional. Memang, untuk konsumen di Indonesia dan Asia Pasifik, buku terbitan Daun Ilalang Publishing itu tak bisa dibeli melalui amazon.com. Namun ebook-ebook itu bisa dibeli melalui amazon.co.uk. Hanya dalam beberapa klik, buku itu sudah berpindah ke gadget dan langsung bisa dibaca.
Menyediakan peluang
Dunia digital memang menawarkan berbagai kemudahan, juga peluang, terutama untuk bisnis buku. Apalagi di Barat sono, animo masyarakat untuk membaca buku digital sudah semakin bertumbuh. Makin banyaknya gadget yang memiliki aplikasi e-reader membuat pasar ebook cukup menjanjikan.
Memang, untuk benar-benar meraih profit yang signifikan itu perlu waktu. Seperti yang banyak diungkap para penulis ebook terkenal, berbisnis ebook itu ibarat lari marathon. Perlu waktu yang lama, stamina yang prima dan konsistensi.
Berbisnis  buku, baik cetak maupun digital itu bukan 'skema jadi kaya dalam sekejap'. Kesuksesan dalam bisnis buku itu perlu waktu. Dan itu yang kini dicoba oleh Daun IIalang Publishing. Kami mungkin tak akan pernah mengecap kesuksesan dalam bisnis ini. Namun setidaknya kami telah mencoba. Dan akan terus mencoba. Mumpung koneksi internet masih jalan, hehehe
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H