Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Tinjauan dari Sisi Lain: Keluarga Pejabat dan Visa Haji Non-Kuota

2 Oktober 2014   00:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:44 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suamiku berkata, tak perlu kupusingkan tingkah para pejabat itu.

"Setiap orang akan diminta pertanggung jawaban atas apa yang dilakukannya, D... " kata suamiku. " Termasuk apa yang mereka lakukan sekarang, itu akan harus mereka pertanggung jawabkan sendiri kelak. Biar saja.. "

" Oh, itu aku tahu, " kataku, " Tapi menurut pendapatku, lepas dari itu mereka juga harus menjaga hubungan baik dengan manusia lain dan menjaga agar tak menyakiti hati orang lain. Misalnya ada walikota yang sudah berhaji, datang dengan istri dan anaknya yang remaja belia, urgency-nya apa? Kenapa jika dia tahu cara berhaji tanpa antri tidak dia gunakan saja anggarannya untuk membantu orang lain, penduduk kotanya yang belum pernah berhaji, misalnya, agar bisa mendapatkan tempat itu? Atau kalaupun dia dan istri tetap ingin berangkat daripada mengajak anak remajanya, ajaklah satu penduduk kotanya, misalnya. "

Suamiku hanya tersenyum saja. Sepertinya tetap berpikir, apapun yang dilakukan sang walikota, itu tidak berpengaruh padanya dan toh kelak walikota itu harus mempertanggung jawabkan pada Sang Pencipta.

Termasuk jika tindakan walikota dan atau para pejabat lain itu menyakiti hati jamaah haji lain, hal tersebut tak akan luput, akan diminta pertanggung jawabannya kelak.

Tapi di pihak lain, soal sakit hati serta rasa nyeri, menurut suamiku, sakit hati dan nyeri yang timbul (dari melihat tingkah para pejabat ) itu harus kita sendiri yang mengelola.

" Rugi, D.. " kata suamiku, " Nanti kalau kesal terus, malah kamu yang nggak bisa dapat haji mabrur. Sudah, biar saja mereka begitu, kamu nggak usah kesal, nggak usah marah. Kita urus saja diri kita sendiri agar hati kita bersih. "

Hmmmmm...

Kutarik nafas panjang.

Kusadari bahwa ini adalah ujian kesabaran tingkat berikutnya. Sebab apa yang kulihat dan tak kusepakati tentang sikap para pejabat yang tak sensitif, datang dengan visa non kuota tanpa antri di tengah- tengah jamaah haji kuota ini menyangkut hal yang lebih besar dan esensial daripada misalnya orang yang memonopoli lift yang pernah kuceritakan sebelumnya.

Kendati memang kusadari, tak ada cara lain. Harus kupaksa diri agar bisa mengatasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun