Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Tinjauan dari Sisi Lain: Keluarga Pejabat dan Visa Haji Non-Kuota

2 Oktober 2014   00:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:44 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku sendiri tidak berminat menggunakan cara itu, sebab tidak bersedia menanggung konsekwensi yang mungkin terjadi. Bagiku, lebih ayem, tentram, untuk mendaftar lewat antrian, memperoleh nomor porsi dan menanti tahun keberangkatan.

Bahwa misalnya orang berkesempatan berhaji melalui jalur non kuota, Alhamdulillah..barangkali rejekinya memang begitu, dan orang tersebut berani mengambil resiko dan konsekwensi yang tak bersedia aku tanggung (misalnya: visa keluar at the last minute, tertahan di imigrasi, akomodasi yang sering tak manusiawi, dan sebagainya ).

[caption id="attachment_345380" align="aligncenter" width="640" caption="Banyak jamaah haji tidur dan beristirahat di lapangan terbuka di sekitar Masjidil Haram (dok. Rumah Kayu)"]

1412160500283045039
1412160500283045039
[/caption]

Nah.. jika begitu, mengapa aku menulis post yang kemarin dimuat, tentang para pejabat dan keluarganya yang muncul melenggang datang belakangan dengan visa non kuota itu?

Alasannya adalah, sebab aku merasa ada ketidak adilan perlakuan dan inkonsistensi pernyataan.

Media riuh memberitakan pernyataan Menag yang mengatakan jangan berhaji dengan visa non kuota. Media juga memuat cerita tentang jamaah haji non kuota yang terdampar keleleran.

Menag bicara jangan berhaji lebih dari sekali, beri kesempatan yang belum pernah berhaji.

Dan... taraaaaaa... datang begitu saja ke tengah- tengah jamaah haji dengan kuota yang sudah antri bertahun- tahun para pejabat dan keluarganya, beberapa sudah berhaji lebih dari sekali, melenggang aman tanpa mengantri dan selanjutnya beraktivitas di sini seakan- akan semua itu suatu kewajaran. Seakan peraturan itu tak berlaku bagi mereka.

Tak tampak ada tepo seliro, tenggang rasa, dalam tindak tanduk dan ucapannya. Seakan- akan jamaah haji yang lain itu patung tak berhati yang harus bersedia saja menonton pameran ketidak adilan yang nyata- nyata digelar di depan mata itu...

***

Aku tak akan berkomentar banyak jika kehadiran mereka tak mencolok mata. Atau jika mereka cukup rendah hati untuk sedikit menghaluskan sikap. Bertoleransi pada jamaah lain yang sudah mulai agak lelah menanti kegiatan utama haji di Mina, Muzdalifah dan Arafah tiba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun