Pada dekade parsial manapun, tetap rasa dendam itu terselip. Lalu, banyak orang merayakan rasa dendam bukan lagi dalam aspek kemanusiaannya, namun pada wilayah estetik - ekonomis. Makan, rasa dendam dalam kemasan film itu terasa estetik.Â
Penonton diajak untuk melakukan sebuah perjalanan menikmati rasa dendam yang begitu estetik nan artistik. Dan, penonton maklum. Mereka seakan diajak untuk mengiyakan perilakukan tuntas kanlah rasa dendam itu dengan versi sosok idola, pahlawan di setiap film.Â
Masuk ke gedung bioskop itu terkadang akan menghadirkan ragam kejutan Mungkin juga pembelajaran. Bahwa rasa dendam itu abadi, begitu kental dalam banyak film. Bioskop, kadang menjadi tempat untuk merasakan bagaimana para hero itu menuntaskan rasa dendam.Â
Jadi ingat amsal para bangplecit (tukang kredit), hutang itu harus dibayar lunas. Seperti hal nya hero di film membayar dendam mereka dengan tuntas. Lalu, siapakah tukang kredit nya ? Yang selalu mengeksploitasi para penonton ? Investor yang meminjam tangan produser, bisa jadi.Â
Tonny Trimarsanto, pengajar Pasca Sarjana ISI Surakarta, aktif di rumahdokumenter.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H