"Masih ada anggapan di masyarakat kalau pendidikan Seni Rupa itu terbatas pada belajar melukis semata." Papar Edo Makarim (22); salah seorang pengajar di Credo Art Studio, Jatibening Baru (Bekasi), dalam sebuah percakapan singkat pada momen pameran hasil karya peserta didik lintas jenjang di Homeschooling Persada beberapa waktu (7/4) lalu.
"Anak-anak berkreasi dengan botol-botol plastik bekas atau mewarnai sketsa pun adalah bagian dari pendidikan Seni Rupa."Sambung Edo sembari memperlihatkan mainan pesawat terbang dan topeng yang terbuat dari berbagai materi daur ulang serta berbagai sketsa animasi yang telah diwarnai secara variatif oleh para  homeschooler  jenjang SD. Sementara kakak-kakak kelas mereka dari jenjang SMP dan SMA memamerkan lukisan yang mengambil obyek cangkir kopi serta buah apel.
Pendidikan seni, termasuk Seni Rupa, diharapkan dapat mengembangkan kompetensi multi aspek dalam diri anak didik dengan cara memadukan secara harmonis unsur logika, kinestetik, etika, dan estetika ( Cut Kamaril (2001) dalam Pispian Rahman, 2016).Â
Selain itu, pendidikan seni pun ditujukan untuk meningkatkan kemampuan anak mengekspresikan diri dengan memakai berbagai media seperti karya-karya dua atau tiga dimensi, eksplorasi bunyi-gerak-peran, dan perpaduan semuanya.
Di Homeschooling Persada, anak didik pun ditempa potensi kecerdasan majemuknya melalui pendidikan Seni Rupa multi aspek dengan aktifitas menggunting-menempel, menggambar bebas, membuat berbagai produk daur ulang yang memiliki kegunaan tertentu dalam keseharian, dan berkolaborasi dalam menampilkan sebuah karya secara bersama-sama.Â
Kecerdasan personal dan kecerdasan sosial sama-sama diberikan porsi yang berimbang untuk membangun karakter yang mandiri namun tetap cakap berinteraksi dengan lingkungan masyarakat di sekitarnya.
Ikuti agenda 'fun educative' lainnyaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H