Alkisah ada dragon alias naga yang sakti mandraguna karena mampu jalan-jalan bahkan berbelanja meski matanya tak bisa melihat dan melangkah hanya dengan petunjuk yang diberikan oleh ekornya … lhoo, kok bisa ?
Dragon Shopping alias Naga Belanja adalah permainan edukatif yang merupakan puncak acara pengenalan lingkungan sekolah (PLS) bagi para homeschoolers jenjang SMP-SMA di Homeschooling Persada, Jatibening Baru, Bekasi; yang dilaksanakan pada hari pertama sekolah mereka Selasa (19/7) pagi lalu.
Permainan itu merupakan modifikasi dari permainan anak-anak Ular Naga dimana sekelompok homeschoolers berbaris memanjang dengan semua anggota diharuskan menutup mata mereka dengan sehelai bandana kecuali anak yang berdiri di urutan paling belakang yang akan bertugas mengarahkan gerakan teman-temannya itu dengan cara menepuk bahu sesuai arah tujuan atau menekannya bila harus berjongkok, dia tak diperkenankan berbicara.
Ular-ular naga tersebut berlomba untuk mengumpulkan bungkusan-bungkusan permen yang telah ditebarkan oleh guru-guru mereka di zona permainan yang terletak di lantai dua Kampus Rumah Belajar Persada. Pemenangnya adalah naga yang mampu mengumpulkan paket permen terbanyak.
“Bagaimana rasanya melangkah dengan mata tertutup?” Tanya Bu Nuri, pemandu acara permainan itu setelah semua homeschoolers duduk lesehan kembali,”Ternyata tidak enak,ya?”Lanjutnya menyimpulkan jawaban-jawaban yang terlontar dari anak-anak didiknya.
Seringkali kita lupa mensyukuri anugerah Sang Khalik berupa indra penglihatan yang ternyata merupakan sebuah karunia yang luar biasa bagi keseharian kita menjalani kehidupan dan hendaknya kita juga bisa memahami kesulitan yang dialami oleh sesama yang diberi ujian berupa indra penglihatan yang tak sempurna atau bahkan tidak berfungsi sama sekali hingga sebisanya kita harus berusaha untuk sebisa mungkin membantu meringankan penderitaan mereka.
Selain itu selama permainan berlangsung, adanya tubrukan antar barisan atau perjalanan yang meliuk-liuk tak menentu di lokasi juga menunjukkan betapa tidak mudahnya mengatur atau memimpin sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama. Oleh karena itu setiap anak seyogyanya belajar bekerja sama dengan mencoba melaksanakan tugas maupun hak sebagai pemimpin maupun anak buah yang dipimpin.
Protokoler sederhana berupa mengatur posisi tubuh dalam sikap sempurna saat bersama-sama menyanyikan lagu ‘Indonesia Raya’ dan mengikuti redaksi Pancasila yang dibacakan Bu Novi secara tepat adalah bagian dari edukasi kedisiplinan serta pengenalan ‘rasa’ nasionalisme yang konon saat ini tengah mengalami dekadensi di kalangan anak-anak sebaya mereka.
Acara perkenalan antar teman dan siswa-guru dibalut dalam kemasan meniru suara maupun gerak menjalankan berbagai kendaraan sesuai dengan program pembelajaran tahun 2016/2017 yang mengambil tema utama ‘Transportasi’ dan tentu saja semua melakukannya dengan gembira. Belajar beradaptasi itu tidak harus selalu identik dengan wajah tegang dan dahi berkerut-kerut, kan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H