[caption caption="Mengasah segenap potensi kecerdasan balita (dok RBP)"][/caption]Fiore, Fatimah, dan Hilman terlihat begitu gembira melonjak-lonjak di atas trampolin yang membuat tubuh-tubuh kecil mereka terpantul-pantul dalam ritme tertentu. Ketiga bocah yang rata-rata berusia 4 tahunan itu bukan sekadar sedang bermain biasa, “Bermain trampolin merupakan salah satu metode untuk melatih kemampuan motorik kasar anak dan edukasi ikutannya adalah mengenalkan budaya antri saat bermain dan melatih kemampuan bersosialisasi.” Papar Novie Jayanti Normasari, SPdI., guru pembimbing Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di PKBM ‘Tamansari Persada’, Jatibening Baru, Bekasi.
“Kemampuan motorik tangan untuk menulis diasah dengan cara menebalkan garis-garis pada gambar.” Tambah Novie dalam sebuah wawancara via akun Whatsapp beberapa waktu (23/2) lalu.
Hasta karya berbagai bentuk dan aneka permainan yang melibatkan olah fisik memang dipercayai para pendidik sebagai alternatif terbaik untuk merangsang kemampuan motorik kasar dan motorik halus pada anak-anak usia balita. Namun bukan hanya sebatas itu, PAUD pun dirancang untuk menjadi media menumbuh-kembangkan aspek agama/moral, kognitif, bahasa, sosial-emosional-budi pekerti, dan potensi seni pada anak sejak dini.
[caption caption="Membangun kecerdasan emosional dan sosial sedari kecil (dok RBP)"]
PAUD pun, sebagaimana jenjang pendidikan lainnya yang lebih tinggi, memiliki Standar Kompetensi Kelulusan (SKL). PAUD ‘Tamansari Persada’ telah membuat SKL dengan mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 yang dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan tahapan usia anak, yaitu standar perkembangan anak kelompok usia lahir – 12 bulan, kelompok usia 12 - 24 bulan, kelompok usia 2 - 4 tahun, dan kelompok usia 4 -6 tahun.
SKL kemudian dijabarkan dalam silabus semester yang di dalamnya terinci Tema, Subtema, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator. Contohnya, tema utama Lingkungan dibuat spesifik dengan subtema Rumahku dan Standar Kompetensi yang digunakan adalah ‘menerima ajaran agama yang dianutnya’. Selanjutnya diuraikan kembali dalam Kompetensi Dasar yang terdiri atas mempercayai keberadaan Tuhan melalui ciptaanNya; menghargai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan; mengenal lingkungan alam (flora-fauna, iklim, aspek geografis-geologis sederhana), dan mengenal lingkungan sosial (keluarga, teman, tempat tinggal, tempat ibadah, kawasan budaya).
Kualitas pencapaian anak untuk setiap Kompetensi Dasar dievaluasi melalui sejumlah Indikator yang untuk contoh ini berupa mulai meniru ucapan dan gerakan yang terkait ibadah agamanya, mengikuti kegiatan berdoa sebelum dan sesudah kegiatan, dapat meniru gerakan ibadah sederhana, mengenali obyek lingkungan alam, dan menyebutkan nama anggota keluarga serta teman.
Sistem PAUD yang dikembangkan di Indonesia dengan tujuan mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan membangun kemampuan beradaptasi dengan lingkungannya memang menuntut dedikasi terpadu antara orang tua dengan para pembimbing di sekolah agar dapat berjalan sesuai harapan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H