Mohon tunggu...
Rumah Belajar Persada
Rumah Belajar Persada Mohon Tunggu... -

Pokoknya dimana saja,kapan saja, dan bersama siapa saja; belajar itu sebaiknya jalan terus.... We Can Do It !\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Anak Didik Bukan Obyek Pembelajaran Homeschooling

22 Mei 2015   19:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:42 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Konsep homeschooling menurut Dr. Seto Mulyadi 1) adalah pembelajaran yang dilakukan di rumah dengan anak sebagai peserta didik dan orang tua sebagai fasilitator. Namun pembelajarannya dapat dilakukan di mana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja. Spektrum dari homeschooling sesungguhnya sangat luas. Siswa dapat belajar tidak hanya di rumah tetapi di berbagai tempat berbeda dengan waktu yang fleksibel dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi. Guru yang mengajar anak tidak terbatas hanya orang tua , namun bisa juga orang lain yang dituakan di rumah seperti kakak, tetangga, atau kerabat lain. Bahkan bila dibutuhkan, oranftua dapat mengundang guru privat.

Pada prakteknya homeschooling yang dikembangkan oleh psikolog, yang akrab dengan panggilan Kak Seto, ini  menggunakan Kurikulum dari Depdiknas (KTSP 2006) yang dimodifikasi dengan teori psikologi dan perkembangan anak, teori belajar, perkembangan IPTEK serta isu-isu lingkungan, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat. Sedangkan metode pembelajaran yang digunakan menganut teori Pembelajaran Aktif (Active Learning), Pembelajaran Menyenangkan (Fun Learning), dan Pembelajaran Kontekstual ( Contextual Teaching Learning ).

[caption id="attachment_367135" align="aligncenter" width="569" caption="Merangsang anak didik aktif bereksplorasi (dok RBP)"][/caption]

Teori Pembelajaran Aktif didasarkan pada serangkaian penelitian bahwa akan lebih baik bila anak didik tidak hanya sekedar duduk diam menyimak di dalam kelas, mereka hendaknya dimotivasi untuk membaca, menulis, berdiskusi, dan bersama-sama kelompoknya berusaha mencari jawaban atas berbagai permasalahan. Pendidik dituntut mampu merangsang anak didik untuk aktif berpartisipasi dalam kegiatan belajar-mengajar agar kelak mampu  mengerjakan tugas-tugas yang membutuhkan kemampuan berpikir tinggi seperti menganalisis, membuat sintesis, dan melakukan evaluasi (Kusnandar, Guru Profesional, 2010).

Sementara metode Pembelajaran Menyenangkan 2) membutuhkan seorang pendidik yang dapat menciptakan suasana hangat dan menyenangkan dalam pembelajaran karena dengan suasana yang hangat dan menyenangkan apapun yang kita ajarkan akan mudah diterima dengan senang hati dan ketika sesuatu itu mudah diterima maka anak akan mudah melakukan suatu perubahan.

Pada metode Pembelajaran Kontekstual,  tugas utama  pendidik adalah  membantu siswa mencapai tujuannya. Di sini guru berperan sebagai pengelola kelas agar menjadi sebuah tim yang solid dalam menemukan sesuatu yang baru, bukan sekedar pemberi informasi layaknya kegiatan belajar mengajar konvensional.  Metode ini didasarkan pada konsep bahwa  anak akan dapat belajar lebih baik bila lingkungan pendukungnya dibangun sealamiah mungkin agar dia bisa bekerja dan mengamati sendiri materi yang dipelajarinya, bukan hanya sekedar tahu (Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian, 1999).

[caption id="attachment_367136" align="aligncenter" width="553" caption="Active, fun, & contextual (dok RBP)"]

14322956491796238692
14322956491796238692
[/caption]

Keseluruhan paparan di atas menunjukkan bahwa anak didik merupakan subyek, bukan obyek, dalam sistem pendidikan homeschooling. Segenap kurikulum disusun untuk memahami dan sebisa mungkin mengakomodir kebutuhan anak didik agar dapat mengeksplorasi segenap potensi individualnya tanpa dibatasi oleh tuntutan keseragaman nilai-nilai akademik yang cenderung diberlakukan pukul rata pada semua anak didik tanpa mengindahkan kelebihan-kelebihan khusus yang dimiliki. Homeschooling bahkan  bisa diatur sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan memiliki ijazah agar dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, baik formal maupun informal. Di Homeschooling Kak Seto (HSKS) Jatibening, misalnya, para homeschooler memperoleh ijazah kelulusan setelah menyelesaikan ujian kesetaraan  pendidikan non formal Paket A (SD), B (SMP), dan C (SMA). Segenap materi yang diujikan dimasukkan sedemikian rupa dalam kurikulum pengajaran tanpa mengusik misi utamanya mengolah  aspek multi intelijensia para homeschooler.

1) http://library.walisongo.ac.id/digilib/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jtptiain-gdl-himmatulal-3886

2)https://herlinaapriyanti.wordpress.com/2012/12/21/metode-fun-learning-dalam-pembelajaran-tematik-kelas-1-sd-1/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun