Mohon tunggu...
Rumah Belajar Persada
Rumah Belajar Persada Mohon Tunggu... -

Pokoknya dimana saja,kapan saja, dan bersama siapa saja; belajar itu sebaiknya jalan terus.... We Can Do It !\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Tur Keliling Jawa Cuma 2 Jam

28 Februari 2014   23:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:21 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Plus bonus mampir khusus ke Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta. Memangnya bisa dalam tempo 2 jam? Para homeschoolers jenjang SD-SMP Homeschooling Kak Seto (HSKS) Jatibening terbukti mampu melakukannya saat outing pada Rabu (26/1) lalu. Bagaimana caranya? Cukup datang ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yang terletak di kawasan Jakarta Timur lantas kunjungi anjungan Jawa tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur di situ. Nah, kita bisa menjelajah ketiga provinsi itu dalam 2-3 jam saja.



Saat memasuki anjungan Jawa Tengah (Jateng) dan menapaki lantai bangunan Pendopo Agung  yang bangunannya serba kayu dengan lampu-lampu gantung cantik di langit-langit, kenyamanan agak sedikit terganggu karena tengah berlangsung proses renovasi. Namun para homeschoolers yang mendapat giliran mengumpulkan data di situ meresponnya dengan santai, termasuk saat menanti kedatangan pemandu yang baru muncul sekitar setengah jam kemudian. Mereka mengisi waktu dengan melihat-lihat sekeliling. Di dalam Pendopo terdapat replika dokar alias delman dengan kuda penarik yang rupanya berasal dari hewan asli yang diawetkan  sementara di sekitarnya berdiri berbagai bangunan rumah adat khas masyarakat Jateng dan miniatur Candi Borobudur serta Candi Prambanan yang ada di kompleks tersebut. Saat pemandu datang, mereka pun bertanya seputar kebudayaan tradisional Jateng sebagai bahan masukan untuk mengisi lembaran kerja yang kelak akan dijadikan laporan dan diserahkan pada kakak guru seminggu kemudian. Usai data yang diperlukan terkumpul, mereka pun berpamitan dan tak lupa mengucapkan terima kasih pada Bapak Pemandu. Selanjutnya mereka pun beralih ke anjungan DI Yogyakarta yang relatif lebih kecil dibanding anjungan Jateng namun tak kalah menarik untuk soal koleksi budaya maupun keunikannya.

Pemandu di anjungan Yogya relatif lebih santai. Para homeschoolers diberi satu berkas panduan tertulis seputar anjungan tersebut dan dipersilahkan berkeliling sendiri bersama kakak guru mereka. Warna hijau dan kuning mendominasi bangunan di anjungan Yogya dengan sentuhan merah-putih di sana-sini. Setelah melintasi pelataran dalam tempat seperangkat gamelan dipamerkan, homeschoolers pun memasuki replika ruang Dalem Ageng. Aslinya Dalem Ageng adalah tempat tinggal Sultan Yogyakarta bersama keluarganya, namun di anjungan ini ruangan tersebut digunakan sebagai tempat penyimpanan benda-benda kuno. Terdapat tiga kamar tidur di situ yang dinamakan sentong tengah,sentong kiwo, dan sentong tengen.

1393604550579082086
1393604550579082086

Di depan sentong tengah terdapat sebuah kotak kaca menyerupai akuarium tempat penyimpanan replika hewan dan benda simbolis (ampilan) Kesultanan Yogyakarta yang semua berwarna emas; yakni banyak (angsa) simbol kesucian dan kewaspadaan, dalang (rusa) simbol kegesitan dan kebijaksanaan, sawung (ayam jago) simbol keberanian, galing (burung merak) simbol kewibawaan, ardowaliko (naga) simbol pengemban tanggung jawab, kucu mas (saputangan emas) simbol penghapus kotoran jasmani-rohani, kutuk simbol daya tarik, kandil (lentera) simbol cahaya di hati rakyat, dan saput (semacam wadah) simbol kesiap-siagaan. Selebihnya adalah patung-patung yang ditata dalam busana maupun pose yang lazim ditemui dalam upacara pernikahan Kraton Ngayogyakarta.

1393604781405325941
1393604781405325941

Selanjutnya di anjungan Jawa Timur (Jatim), setelah melewati gerbang dan menyimak sesaat peta budaya provinsi, mereka menanti kedatangan pemandu di area Pendopo/Paseban. Selebihnya mereka lebih banyak menghabiskan waktu di halaman ketiga anjungan tersebut yang bertema pedesaan. Di sana mereka mendapati bangunan adat rumah kepala desa lengkap dengan pendopo dan kentongannya. Selain itu terdapat pula rumah-rumah adat yang berasal dari beberapa wilayah di Madura seperti Sumenep,Pamekasan, Bangkalan, dan Situbondo. Perahu-perahu nelayan dan pagupon (rumah pemeliharaan burung merpati) ikut menambah kesan pedesaan di pelataran itu. Sementara pemandu yang datang belakangan dengan bersemangat menerangkan tentang semangat mengembara orang-orang Madura yang luar biasa,”Pokoknya kemana saja kita pergi di seluruh wilayah Indonesia, pasti adaorang Madura.”Tuturnya dengan penuh keyakinan.

[caption id="attachment_297856" align="aligncenter" width="554" caption="Persiapan doa bersama sebelum berangkat (dok RBP)"]

1393604993437693505
1393604993437693505
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun