Agus Basuki Yanuar, salah satu founder Rumah Belajar Persada (RBP) merangkap presiden direktur sebuah perusahaan investasi terkemuka di Indonesia, sesaat tertegun di tengah keasyikannya berbincang bersama beberapa teman . Kemunculan Reza (7) yang tiba-tiba datang menghampiri dengan menenteng beberapa tempat pinsil yang dikemas cantik berhasil membuat perhatian pengusaha sukses itu beralih.
“Oom beli, dong..” Ujar Reza dengan suara kecilnya.
“Apa tuh?” Tanya Agus sambil setengah merunduk kea rah lawan bicaranya yang imut itu.
“Ini tempat pensil, Oom, bagus lho …” Papar Reza dengan agak terbata-bata berpromosi tentang kebagusan produk yang ditawarkannya. Sesekali kakak guru pendamping homeschooler jenjang 1 SD itu membimbingnya dalam berkomunikasi.
Akhirnya Reza pun berhasil menutup transaksi besar karena Agus memutuskan untuk memborong semua dagangannya dan Reza pun menghitung jumlah harga lalu menuliskannya di nota penjualan dengan bantuan para kakak guru yang siaga mendampinginya.
[caption id="attachment_355491" align="aligncenter" width="567" caption="Transaksi perdana sukses besar (dok RBP)"][/caption]
Bukan hanya Reza, tapi semua homeschoolers jenjang SD-SMP Homeschooling Kak Seto (HSKS) Jatibening beraksi menjajakan hasil karya mereka dari mulai pernak-pernik seperti aneka bros, kotak pensil, bingkai foto sampai aneka jajanan semisal siomay, es puding, seafood, bahkan sushi pun mereka hadirkan untuk memaksimalkan perolehan keuntungan dalam even Market Day yang umumnya diselenggarakan berbarengan dengan momen pengambilan buku laporan pendidikan oleh para orangtua. Saat Kampus RBP dipadati oleh pengunjung itulah, para homeschooler menjalani penggemblengan untuk menempa entrepreneurship (jiwa kewirausahaan) dalam diri mereka.
Para homeschooler dipandu kakak-kakak guru menempuh sebuah proses dalam menghasilkan produk-produk yang layak jual dari mulai mendiskusikan jenis produk maupun modal awal lalu membuat sampai mengemasnya sedemikian rupa agar menarik minat konsumen untuk membeli. Mereka mengerjakan sendiri secara berkelompok dari mulai tahap produksi hingga pemasaran. Untung atau rugi bukanlah isu utama, namun bagaimana mereka menyikapi kedua hal tersebut dengan sudut pandang positif-konstruktif saat evealuasi dilakukan usai kegiatan. Mereka dapat menarik pelajaran dari segala tahapan yang telah dikerjakan dan dapat melakukannya lebih baik lagi di kesempatan mendatang.
Namun lebih dari sekedar kemampuan merancang strategi untuk mengumpulkan uang, penanaman benih entrepreneurship diharapkan dapat membangun karakter kepemimpinan, kedisiplinan, rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama, kapabilitas belajar yang tinggi, wawasan yang luas, sportifitas dan semangat untuk terus mencapai pretasi meski berada di bawah tekanan. Semua kualifikasi tersebut merupakan karakteristik individu yang tangguh, kompetitif, dan bila ditambahkan dengan kecerdasan religius, maka para pemilik sifat-sifat tadi akan bertumbuh menjadi manusia-manusia yang berbahagia di masa depan.
Belajar untuk sukses dan bahagia (dok RBP)