Super banget mengingat di usia senjanya, nenek yang satu ini masih aktif berkarya membagi-bagikan pengetahuan pada para pengunjung yang menyambangi Rumah Gadang tempatnya menjalankan profesi sebagai guide alias pemandu. Namanya Oma Ana, usianya 67 tahun, fasih berbicara Inggris-Jerman-Belanda selain bahasa urang awak alias Padang yang memang merupakan etnisnya. Kehangatan Oma Ana membuat para homeschoolers jenjang SD-SMP Homeschooling Kak Seto (HSKS) Jatibening yang tengah melakukan outing ke anjungan Sumatera Barat- Taman Mini Indonesia Indah (TMII) beberapa waktu (26/2) lalu itu jadi bersemangat mengajukan berbagai pertanyaan di luar materi Lembar Kerja Sekolah yang harus mereka isi. Beberapa kakak guru yang notabene berasal dari Sumatera Barat (Sumbar) juga nampaknya ikutan happy merubung pemandu yang nampaknya paling senior di seantero kawasan TMII tersebut.
Salah satu hal yang mereka perbincangkan dengan Oma Ana adalah seputar panggilan yang digunakan antar anggota keluarga di Sumbar. Uda dan uni adalah dua sebutan yang paling populer digunakan dalam pergaulan sehari-hari.Keduanya adalah panggilan bagi lelaki dan perempuan yang usianya lebih tua baik berstatus lajang maupun sudah menikah. Ada juga babo (kakek), mamak (paman dari pihak ibu), apak (paman dari pihak ayah), mintuo (istri paman dari ibu), etek (istri paman dari ayah), pak tuwo (kakak laki-laki ayah/ibu), mak tuwo (kakak perempuan ayah/ibu).
[caption id="attachment_298685" align="aligncenter" width="524" caption="Dedikasi super seorang Oma Ana (dok RBP)"][/caption]
Selanjutnya obrolan pun berlanjut ke aneka kesenian khas masyarakat Minangkabau, sebutan lain untuk para warga asli Sumbar, yang memang terkenal banyak ragamnya. Beberapa tarian yang layak untuk diketahui adalah Indang yang menggambarkan sifat kegotong-royongan masyarakat Minangkabau, Gelombang Persembahan (tari untuk menyambut tamu kehormatan), Tari Payung (percintaan muda-mudi), Tari Piring, Tari Rantak, dan masih banyak lagi tarian lainnya. Sementara alat musiknya yang paling akrab dengan masyarakat luas adalah saluang alias seruling bambu yang ternyata bermacam-macam juga jenisnya.
Rumah Gadang yang menjadi tempat para homeschoolers bercakap-cakap dengan Oma Ana yang sangat ramah itu merupakan salah satu bangunan khas Sumbar yang biasanya dibangun membujur dari Utara ke Selatan menghadap ke Barat atau ke Timur, dominan terbuat dari kayu, didirikan bergaya rumah panggung di atas tiang-tiang kayu setinggi 6-7 meter, dan penguatnya terbuat dari batu rata yang digunakan sebagai landasan tiang-tiang tadi. Dinding-dindingnya terbuat dari anyaman bambu. Di bagian kolong biasanya difungsikan sebagai gudang penyimpanan alat-alat pertanian, bahkan karena cukup leluasa sering juga digunakan sebagai tempat menenun kaum perempuan di Minangkabau.
Kekhasan lain pada Rumah Gadang adalah atapnya yang menyerupai tanduk kerbau dan konon memiliki kaitan dengan kisah Tambo Alam, yang menceritakan kemenangan urang awak dalam peristiwa adu kerbau dengan orang Tanah Jawa. Konsep tanduk ini juga dapat dilihat pada hiasan kepala pakaian adat Minang yang disebut Tingkuluak Tanduak.
Keasyikan mengobrol dengan Oma Ana sayangnya tak bisa dilanjut berlama-lama karena para homeschoolers masih harus berburu data ke anjungan lain. Setelah berpamitan dan mencium tangan nenek yang keren itu, perjalanan pun di lanjut kembali. Sampai jumpa lagi, Oma Ana, semoga senantiasa sehat dan selalu berbahagia.
[caption id="attachment_298687" align="aligncenter" width="529" caption="Belajar hal-hal yang baik bisa dimana saja (dok RBP)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H