Begitu kapal merapat di dermaga Pulau Untung Jawa, semua berlompatan menuruni kapal dibantu para kakak guru lalu bergegas menuju area saung-saung di bawah pohon untuk menikmati minuman dingin dan nasi kotak yang nikmat. Shalat Zuhur dilakukan oleh rombongan HSKS Jatibening di mesjid setempat beberapa ratus meter dari area makan.
[caption id="attachment_331718" align="aligncenter" width="561" caption="Hamparan pasir putih di bawah laut biru (dok RBP)"][/caption]
Usai shalat dan mengisi perut, semua berkumpul di lapak pemancingan yang berdiri tegak di atas permukaan laut di zona dekat pantai untuk mendapatkan arahan tugas outing selanjutnya. Kini para homeschoolers secara berkelompok akan mewawancarai warga Untung Jawa seputar sejarah singkat dan profil pulau. Meski cuaca panas kian garang dan peluh kian deras bercucuran, para homeschoolers tetap bersemangat mendatangi warga setempat yang duduk-duduk di area sekitar tepian pantai.
[caption id="attachment_331719" align="aligncenter" width="623" caption="Mewawancarai penduduk pulau (dok RBP)"]
Warga yang dijadikan responden oleh para homeschoolers rata-rata senang dengan kehadiran para pengunjung ke pulau mereka itu,”Apalagi kalau pengunjungnya pada belanja.” Tutur seorang ibu dengan wajah jenaka. Memang sekitar area pantai, kita bisa menemukan lapak-lapak penjual cenderamata, kaos-topi, kacamata, dan berbagai produk khas pantai selain lapak-lapak minuman dingin atau camilan.
[caption id="attachment_331723" align="aligncenter" width="510" caption="Berkreasi dengan pasir (dok RBP)"]
Sebuah duplikat tugu yang terletak tak seberapa jauh dari area pantai mencatat bahwa sebelumnya Pulau Untung Jawa bernama Pulau Ubi, hal itu berbeda dengan banyak catatan yang menyebutkan bahwa nama asal Pulau Untung Jawa adalah Pulau Amiterdam. Penamaan itu merupakan sebuah doa agar para pendatang dari Jawa (tepatnya dari Pulau Kherkof yang bertetangga dengan Pulau Amiterdam dan tak bisa dihuni lagi akibat terjadinya abrasi besar-besaran pada tahun 1930-an, -pen) agar mereka senantiasa dilimpahi keberuntungan setelah pindah ke tempat yang baru.
[caption id="attachment_331727" align="aligncenter" width="561" caption="Peraih kualifikasi terbaik Muara Angke Outing (dok RBP)"]
Selesai wawancara penduduk, acara berikutnya adalah …games ! Homeschoolers jenjang SD maupun SMP dibagi dalam beberapa kelompok untuk berlomba adu kreatif membuat aneka bentuk gedung, fauna, atau apa saja sesuai imajinasi mereka dengan bahan baku pasir dan air laut plus peralatan ember-sekop-gelas plastik. Waahh, sembari berkreasi mereka pun memanfaatkan kesempatan untuk berkejaran dengan alur gelombang yang tak kunjung henti berderai ke sepanjang pantai. Beberapa di antara bahkan keasyikan berenang hingga kakak guru harus berulangkali mengingatkan bahwa lomba sudah selesai dan saatnya mengganti baju basah belepotan pasir dengan baju kering lalu bersiap untuk outing award.
[caption id="attachment_331730" align="aligncenter" width="623" caption="Para pemenang lomba pasir kreatif (dok RBP)"]
Piagam dan hadiah dibagikan kepada para homeschoolers yang dinilai terdisiplin, terkooperatif, teramah, teraktif serta pada para pemenang lomba. Setelah itu rombongan HSKS Jatibening pun berbaris kembali ke kapal. Matahari sudah terbenam sempurna saat mereka merapat kembali ke Muara Angke dan melanjut perjalanan pulang ke kampus Rumah Belajar Persada di Jatibening.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H