Mohon tunggu...
Rumah Belajar Persada
Rumah Belajar Persada Mohon Tunggu... -

Pokoknya dimana saja,kapan saja, dan bersama siapa saja; belajar itu sebaiknya jalan terus.... We Can Do It !\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

‘Rafting’ Nina Bobo di Gua Pindul

27 November 2014   14:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:43 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Para homeschoolers jenjang SMP-SMA dari Homeschooling Kak Seto (HSKS) Jatibening sempat sedikit parno saat kakak-kakak guru membawa mereka ke kawasan Gua Pindul yang terletak di Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Kenapa? Karena mereka akan diajak mengikuti kegiatan rafting menggunakan ban dalam truk (istilah tepatnya sih ‘cavetubing’ bukan ‘rafting’, -pen.) menyusuri aliran sungai yang melewati gua dan buat para gadgetmania seperti mereka yang biasa surfing di internet di kamar super nyaman tentunya berasa spooky banget membayangkan harus basah-basahan melewati gua yang identik dengan kegelapan plus … ada resiko kelelep pula sebagai bonus. Begitulah skenario imajiner mayoritas homeschoolers ketika Jumat (31/10) lalu merapat ke salah satu sudut foodcourt untuk mengenakan rompi pelampung. Rompi itu jadi semacam  garansi 99% resiko kecebur lalu tenggelam dapat teratasi.

[caption id="attachment_338081" align="aligncenter" width="560" caption="Serius menyimak pengarahan sebelum nyebur (dok RBP)"][/caption]

Usai mengenakan rompi pelampung saatnya mereka berbaris dibimbing seorang bapak pemandu menyusuri jalanan tanah yang kian menanjak di bawah curahan matahari yang mulai terasa menggigit kulit untuk menjemput soulmate masing-masing, sebuah ban hitam besar yang harus dipanggul sampai ke dekat mulut gua. Lalu semua mengelilingi seorang pemandu yang menerangkan  sekilas seluk-beluk Gua Pindul plus aturan main rafting berjamaah di situ. Intinya, santai saja, nikmati pengarungan di sungai yang sangat tenang itu, dan tetap berpegangan pada tali penghubung di ban tetangga … eh…teman di kiri-kanan.

Satu per satu ban besar mulai dicemplungkan ke sungai dan pemiliknya duduk setengah rebah sesantai mungkin tepat di tengah-tengah lalu terbentuklah barisan memanjang sampai ke mulut Goa Pindul dengan beberapa pemandu berbagi posisi di berbagai titik mengawal mereka sambil mulai menerangkan seluk-beluk gua. GuaPindulmemiliki panjang sekitar 350 m, lebarhingga5 m, jarak permukaan air dengan atap gua 4 m, dan kedalaman air sekitar 5-12 m.Goainimemiliki 3 zona.zona terang, zona remang, dan zona gelap.

[caption id="attachment_338082" align="aligncenter" width="560" caption="Tak seseram yang dibayangkan... (dok RBP)"]

14170486211525469144
14170486211525469144
[/caption]

Rangkaian stalaktit dan stalakmit yang tersusun secara alamiah langsung memikat mata begitu menghanyut ke bagian dalam, gerah yang terbawa dari perjalanan mengusung ban langsung terendam sensasi sejuk gua, punggung yang basah karena bersentuhan langsung dengan air sungai menambah rasa segar, nyaman banget sampai suara bapak-bapak pemandu yang menerangkan interior Gua Pindul perlahan-lahan jadi melodious kayak Nina Bobo…asli ngantuk jadinya!

Di dalam kita bisa menemukan stalaktit yang menggantung berjajar dari langit-langit gua yang kalau dipukul dengan tangan akan mengeluarkan bebunyian seperti gong dan piranti gamelan Jawa lainnya. Konon saat malam Jumat, kata pemandu, kita bisa mendengarkan alunan gending Jawa bergema di dalam gua. Kerajaan kelelawar jadi fenomena berikutnya yang terhampar di lelangit gua, memang tidak secanggih bat cave-nya Batman sih tapi asli menarik melihat beberapa ekor kelelawar imut menyusupkan badan ke lubang-lubang kecil di dinding atas gua dan sesekali satu-dua ekor burung walet melayang memeriahkan suasana. Parade stalakmit aneka bentuk-ukuran-warna yang menyembul dari permukaan sungai juga tak kalah menakjubkan. Tak terasa tahu-tahu kita sudah menghanyut ke luar gua, yang suka dipersilahkan nyemplung secara sukarela ke sungai dangkal itu dan yang ogah-ogahan dicemplungkan dengan segala cara…yeahhh, betul-betul suegerrr pokoknya !

[caption id="attachment_338083" align="aligncenter" width="560" caption="Bakpia Pathuk memang yummmyyy ...(dok RBP)"]

1417048762633938802
1417048762633938802
[/caption]

Usai shalat Jumat dan makan siang, dua bis yang mengangkut rombongan HSKS Jatibening melanjut perjalanan ke area kuliner. Pembuatan salah satu jajanan khas Yogya, bakpia pathuk, adalah menu outing berikutnya. Para homeschoolers belajar membuat kue bundar kecil yang empuk dan manis itu dibimbing oleh kakak-kakak pramuniaga di situ dalam sebuah lapak khusus yang berdesain unik. Adonan kulit yang terbuat dari terigu, minyak sayur, air, dan garam telah tersedia untuk mereka bentuk. Mula-mula adonan dibuat menyerupai kelereng yang agak besar, dipipihkan, dan diisi dengan campuran kacang hijau rebus yang halus berasa manis. Setelah dibulatkan kembali, barulah bakpia mentah dipanggang dalam oven sampai matang dan siap disantap. Kunjungan diakhiri  dengan acara belanja oleh-oleh untuk dibawa pulang atau disantap dalam bis. Rombongan melanjut ke tujuan berikutnya, yakni pembuatan kerajinan perak di Kota Gede.

[caption id="attachment_338084" align="aligncenter" width="630" caption="Mengubah cairan perak menjadi karya seni (dok RBP)"]

1417048859844333965
1417048859844333965
[/caption]

Langkah pertama pembuatan kerajinan perak diawali dengan peleburan kristal perak murni lalu dicampur dengan tembaga, selanjutnya masuk ke proses pencetakan mendekati bentuk yang diinginkan, apakah sebuah gelang atau sebuah cangkir. Selanjutnya perak yang telah dicetak itu dipukul-pukul agar bentuknya betul-betul sesuai dengan yang diinginkan dan setelah bentuknya bagus, langkah selanjutnya adalah  mengukir dengan motif tertentu, dan terakhir adalah perakitan. Badan cangkir diberi pegangan,ornamen-ornamen dirangkai menjadi sebentuk gelang atau kalung, dan kreasi perak sudah bisa digunakan.



Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun