Ditemukan di Pangkalan Bun
Diketahui,seperti yang diberitakan tempo.co, pada Senin, 11 Januari 2016, dokter asal Lampung itu ditemukan polisi di bandar udara Iskandar Pangkalan Bun Kalimantan Tengah. Dokter cantik berkerudung  itu diduga ikut eksodus Gerakan Fajar Nusantara atau Gafatar. Mereka dibawa Eko Purnomo, 30 tahun, dan Veni Ori Nanda, 27 tahun. Dua orang ini, menurut Kapolda Daerah Istimewa Yogyakarta Brigadir Jenderal Erwin Triwanto, dinyatakan sebagai calon tersangka. "Dua calon tersangka sebagai perekrut," kata Erwin Triwanto, Senin, (11/1/2016).
Eko dan Veni inilah yang membawa dokter Rica dan anaknya saat meninggalkan Yogyakarta pada 30 Desember 2015. Keduanya adalah pasangan suami-istri. Veni merupakan sepupu dokter Rica. Polisi masih menyatakan pasangan suami-istri itu sebagai calon tersangka karena masih dalam penyelidikan. Dari keterangan polisi, keduanya masih irit bicara. Saat ditanya soal organisasi itu, mereka menjawab dengan jawaban ngalor ngidul.Â
Penetapan calon tersangka ini berawal dari kecurigaan Aditya Akbar Wicaksono, suami dokter Rica Tri Handayani. Aditya melaporkan Eko dan Veni ke polisi pada 5 Januari 2016. Aditya merasa ada yang tak beres dengan perilaku istrinya sejak dijemput oleh Eko dan Veni dengan mobil Avanza Veloz Putih AB-1711 di rumah Arif Rachman Hakim dan Cicih Wahyu, kakak ipar dokter Rica, di Karangsari, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, pada 30 Desember 2015 pukul 10.30. Dokter Rica pamit kepada Suyanti, pembantu di rumah Arif, dan mengatakan ia akan ke rumah suaminya, tapi tak ada kabar setelah itu.Â
Suyanti melihat dokter Rica pergi. Saat itu, menurut Suyanti, kedua majikannya sedang bekerja hingga malam hari. Di rumah kerabatnya itu, dokter Rica meninggalkan surat berisi pesan kepada keluarganya. Ia ingin berjuang di jalan Allah karena melihat situasi saat ini bahwa penganut agama Islam sudah melenceng secara akidah. Aditya, yang masih menempuh studi dokter spesialis ortopedi dan sehari-hari ada di Rumah Sakit Umum Sardjito Yogyakarta, lalu melaporkan Eko dan Veni ke polisi. Polisi lalu menelusuri jejak mereka.Â
Dokter Rica memang sudah ditemukan. Namun aparat penegak hukum dan pemerintah masih dihadapkan oleh pekerjaan rumah yang tidak mudah: memberangus gerakan radikal hingga ke akar-akarnya. Karena kejadian orang hilang secara misterius dan menjamurnya organisasi radikal tak bisa dianggap sepele. Ia bisa merekrut siapa saja, tak mengenal status sosial, maupun latar pendidikan. Seorang dokter yang kita anggap berpendidikan saja bisa menjadi korban perekrutan, apalagi orang awam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H