Sebagian besar dari kita pasti sudah tahu bahwa Candi Borobudur dan Situs Manusia purba di Sangiran telah menjadi Warisan Dunia. Candi Borobudur merupakan salah satu situs arkeologi yang dikaji oleh para Arkeolog klasik. Kata klasik dalam ranah kajian arkeologi di Indonesia merujuk pada masa Hindu Budha, itulah sebabnya para Arkeolog Klasik di Indonesia mengkaji beragam artefak dari periode Hindu Budha termasuk Candi.Â
Candi Borobudur dibangun oleh Dinasti Sailendra dari tahun 780-840 Masehi dan menjadikan Borobudur sebagai peninggalan Budha terbesar di dunia. Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu faktor Candi Borobudur ditetapkan sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO sejak 13 Desember 1991 bersamaan dengan Candi Prambanan.
Sedangkan Situs Manusia Purba Sangiran ditetapkan oleh UNESCO sebagai Warisan Dunia sejak 1996. Sangiran merupakan surga bagi para Arkeolog yang mengkaji masa prasejarah, itulah sebabnya para Arkeolog yang meneliti di Sangiran disebut sebagai Prehistorian atau Arkeolog Prasejarah.
Selain Sangiran, Borobudur dan Prambanan terdapat situs-situs arkeologi di Indonesia yang sementara dalam proses menuju Warisan Dunia. Daftar situs arkeologi tersebut dapat dilihat di websitenya UNESCO di link ini http://whc.unesco.org/en/tentativelists/state=id.Â
Terdapat 12 kawasan situs arkeologi di Indonesia yang telah terdaftar di Tentative List UNESCO. Dua diantaranya merupakan situs arkeologi dari periode atau masa prasejarah yaitu Kawasan Gua Praejarah Maros Pangkep di Sulawesi Selatan dan Gambar Cadas Prasejarah di Kawasan Karst Sangkulirang Mangkalihat di Kalimantan Timur.
Kedua kawasan karst ini kaya dengan tinggalan arkeologi khususnya dari periode prasejarah. Di kedua kawasan inilah terdapat ratusan situs arkeologi berupa gua dan ceruk yang pada masa lalu menjadi ruang aktifitas manusia. Di salah satu  situs gua prasejarah di kawasan karst Maros Pangkep terdapat lukisan gua atau gambar cadas berupa cap tangan dan gambar babi rusa yang berdasarkan hasil dating dengan metode uranium series menghasilkan pertanggalan 40 - 60 ribu tahun yang lalu, yang menjadikannya sebagai salah satu lukisan tertua di dunia.Â
Berdasarkan data terbaru dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan dan Departemen Arkeologi Universitas Hasanuddin, terdapat 255 gua prasejarah di Kawasan Karst Maros Pangkep. Tidak menutup kemungkinan masih ada gua prasejarah lain yang  belum ditemukan di kawasan ini, mengingat belum semua area di survei, karena luasnya kawasan karst ini.Â
Di situs gua prasejarah inilah terdapat beragam tinggalan budaya yang menjadi bukti adanya aktifitas manusia masa laku di kawasan ini. Selain lukisan atau gambar cadas, banyak juga ditemukan beragam artefak berupa alat batu, artefak tulang, perhiasan dari kerang dan juga moluska yang dalam istilah arkeologi juga dikenal dengan sebutan sampah dapur, karena sisa moluska tersebut merupakan salah satu jenis makanan yang dikonsumsi manusia pada masa itu. Salah satu artefak batu yang khas di kawasan ini yaitu Maros Poin atau lancipan Maros yang merupakan mata panah bergerigi, yang merupakan temuan hasil ekskavasi di Gua Bulu Sipong salah satu gua prasejarah di daerah Pangkep.Selain potensi berupa tinggalan arkeologis, kawasan karst Maros Pangkep kaya dengan potensi sumberdaya alam lainnya, berupa keunikan bentang alam yang khas maupun kekayaan flora dan faunanya. Oleh sebab itu sejak November 2018 kawasan karst Maros Pangkep telah ditetapkan sebagai Geopark Nasional.Â
Adapun terkait dengan pengusulannya sebagai warisan budaya dunia, kawasan gua prasejarah Maros Pangkep ini telah terdaftar dalam Tentative List UNESCO sejak  10 Juni 2009 dengan nama Prehistoric Cave Sites in Maros Pangkep. Informasi lengkap mengenai hal tersebut dapat dibaca melalui website resmi UNESCO yang dapat diakses melalui link ini http://whc.unesco.org/en/tentativelists/5467/.
Adapun Kawasan Karst Sangkulirang Mangkalihat yang terdapat di Kabupaten Kutai Timur dan Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Timur, juga memiliki potensi tinggalan arkeologi berupa gua-gua prasejarah. Salah satu tinggalan di gua-gua prasejarah tersebut yaitu berupa ribuan gambar cadas yang terdapat di dinding dan langit-langit gua. Hal yang menjadi keunikannya adalah gua-gua prasejarah ini berada di daerah ketinggian dengan aksesibilitas yang cukup sulit untuk menjangkaunya.Â
Kita harus menelusuri sungai, kemudian memanjat tebing yang curam untuk sampai ke gua-gua prasejarah tersebut. Sehingga hal yang terlintas pertama kali adalah kekaguman kita akan kemampuan manusia-manusia penghuni gua tersebut yang dapat menggambar ribuan gambar cadas dalam beragam bentuk. Hal inilah yang kemudian, menjadi pertimbangan dalam pengusulannya sebagai warisan budaya dunia diberikan nama Sangkulirang Mangkalihat Karst: Prehistoric Rock Art Area yang telah terdaftar dalam Tentative List UNESCO sejak 30 Januari 2015. Untuk informasi detailnya dapat dibaca di link ini http://whc.unesco.org/en/tentativelists/5467/.