Maraknya kasus pelecehan seksual yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya kurangnya kesadaran diri (self awareness) dan seks education pada anak, orangtua dan lingkungan sekitarnya.
Mengapa bisa demikian? Sebab jika membicarakan seks, bagi sebagian masyarakat awam hal ini merupakan satu hal yang tabu, tak jarang juga menimbulkan pro dan kontra. Dimana masyarakat berpandangan stereotype pendidikan seks seolah sebagai suatu hal yang vulgar dan akan mendorong remaja untuk berhubungan seks.Â
Padahal, seksualitas menyangkut beberapa hal antara lain dimensi biologis, yaitu berkaitan dengan organ reproduksi, cara merawat kebersihan dan kesehatan; dimensi psikologis, seksualitas berkaitan dengan identitas peran jenis, perasaan terhadap seksualitas dan bagaimana menjalankan fungsinya sebagai makhluk seksual;Â
dimensi sosial, berkaitan dengan bagaimana seksualitas muncul dalam relasi antar manusia serta bagaimana lingkungan berpengaruh dalam pembentukan pandangan mengenai seksualitas dan pilihan perilaku seks; dan dimensi kultural, menunjukkan bahwa perilaku seks itu merupakan bagian dari budaya yang ada di masyarakat.Â
Oleh karena itu, melihat banyaknya kasus pelecehan seksual yang terjadi pada anak di bawah umur terkhusus di dunia pendidikan mahasiswa KKN UNNES Desa Puluhan menggandeng Duta Genre Klaten dalam seminar Pendidikan Seks dan Self Awareness.
"Seminar ini diadakan karena kami prihatin dan khawatir dengan banyaknya kasus pelecehan seksual yang terjadi pada anak dibawah umur khususnya di kabupaten Klaten ini. Terlebih minimnya seks education yang diberikan baik secara formal maupun informal menjadi faktor penting tingginya kasus pelecehan seksual," ujar Rika selaku penanggung jawab program pada Kamis (01/09).
"Kami sebagai mahasiswa ilmu politik dan ilmu hukum sadar bahwa adanya Undang-Undang saja tidak cukup untuk memberantas kasus pelecehan seksual, maka dari itu kami mengadakan seminar edukasi ini dengan tujuan memberikan pemahaman pada remaja akan pentingnya self awareness dan seks education sebagai tameng apabila suatu saat terjadi kasus pelecehan seksual," tambah Sifa selaku penanggung jawab kedua program ini.
Kegiatan ini merupakan kolaborasi kedua antara mahasiswa KKN UNNES Desa Puluhan dengan SMP IT Al Ma'arif NU Trucuk. Dimana sebelumnya sudah terlaksana layanan bimbingan klasikal dampak penggunaan handphone untuk remaja smp. Ibu Yosinta Pangestuti, M. Hum. Â
Selaku kepala SMP IT Al Ma'arif NU Trucuk mengucapkan banyak terimakasih kepada mahasiswa KKN karena sudah mengadakan acara tersebut yang bahkan dari pihak sekolah belum terpikirkan untuk membuat acara seperti ini.
Duta Genre menjelaskan "Genre atau generasi berencana yaitu teman-teman saat ini yang generasi muda, generasi penerus bangsa. Â Karena generasi penerus bangsa perlu rencana, berencana itu proses menuju ke impian, agar impian itu berjalan dengan baik maka perlu rencana tidak asal-asalan nanti hasilnya tidak akan maksimal.Â
Lambang dari salam genre yaitu, jari jempol dan telunjuk yang melingkar melambangkan "tidak" dan tiga jari lainnya melambangkan masalah-masalah remaja yang dihadapi saat ini, seperti penyakit IMS (HIV/Aids), napza, free seks.''
Acara ini ditutup dengan salam genre "remaja genre: sehat, cerdas, ceria. Genre Indonesia: saatnya yang muda yang berencana.''Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H