Mohon tunggu...
ruly simbolon
ruly simbolon Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang Mahasiswa teknologi pangan semester lima. Saya berminat di bidang Pangan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"Etika Pelabelan Pangan: Pilar Kepercayaan Konsumen dan Keberlanjutan Bisnis"

21 November 2024   14:10 Diperbarui: 21 November 2024   14:22 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Label pangan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam pemasaran produk. Label pangan bukan hanya sekedar mepengaruhi dunia bisnis namun label juga adalah salah satu usaha untuk mendapatkan kepercayaan kosumen. Label pangan adalah informasi yang terdapat pada kemasan pangan yang memberikan keterangan detail mengenai produk pangan yang dipasarkan baik berupa angka, gambar, tulisan atau kombinasi ketiganya. Label pangan merupakan kunci kejujuran perusahaan dalam memasarkan produk. Label ini adalah bagian utama yang bisa mempengaruhi konsumen dalam membuat Keputusan. Undang-undang No 18 Tahun 2012 tentang label pangan mengatakan bahwa pelabelan pangan merupakan kunci utama dalam melindungi konsumen.

Adapun Ketentuan Label Pangan harus mencakup informasi, diantaranya nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat bersih atau isi bersih, informasi nilai gizi, nama dan alamat prosedur atau importif, tanggal kedaluwarsa, informasi lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Label pangan tidak bisa memberikan informasi yang salah dan tidak lengkap, terutama nama, isi pangan, kandungan gizi, manfaat pangan dan informasi lainnya tetang pangan. Pengaturan label pangan bertujuan untuk menjamin keamanan pangan dan Kesehatan Masyarakat serta transparasi dalam pemasaran produk pangan.

Etika pelabelan pangan mencakup berbagai prinsip yang disampaikan untuk memastikan bahwa informasi yang tertera di kemasan sesuai dengan nilai tanggung jawab dan nilai kejujuran. Informasi dalam label harus akurat supaya tidak menyesatkan. Informasi yang tertera dalam kemasan ini sebagai cermin untuk konsumen mengetahui apa yang dibeli dan akan dikonsumsi baik komposisi, manfaat produk dan klaim Kesehatan. Selain itu, produksi wajib mengikuti aturan pelabelan pangan yang berlaku dan harus memberikan transparansi supaya tidak menimbulkan masalah. Label pangan juga tidak boleh diskriminasi informasi supaya bisa diketahui dan dimengerti semua kalangan.

Masalah etika dalam pelabelan pangan sering kali terjadi di Masyarakat.  Regulasi yang dibuat terkadang tidak diperhatikan oleh produksi. Produksi yang disebarkan terkadang tidak sesuai dan menyesatkan. Produksi terkadang mencantumkan beberapa klaim biar dilirik konsumen, padahal sebenarnya tidak ada klaimnya. Etika dalam pelabelan pangan membawa manfaat signifikan, baik bagi konsumen maupun produsen. Pelabelan yang dilakukan dengan etika berfungsi sebagai alat edukasi yang bermanfaat bagi konsumen. Informasi yang disampaikan secara jujur, jelas, dan transparan memudahkan konsumen untuk mengetahui kandungan produk yang mereka gunakan, termasuk bahan baku, nilai gizi, serta potensi alergen. Hal ini memberikan rasa perlindungan dan kepercayaan karena konsumen yakin mereka tidak disesatkan oleh informasi yang tidak akurat. Sebagai ilustrasi, label dengan keterangan "mengandung gluten" memungkinkan konsumen yang memiliki intoleransi gluten untuk memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan mereka. Dengan demikian, pelabelan yang etis juga berperan penting dalam meningkatkan kesadaran dan pengetahuan konsumen terhadap produk pangan.

Bagi produsen, menerapkan etika dalam pelabelan merupakan bentuk investasi jangka panjang yang strategis. Dengan menyajikan informasi secara jujur dan transparan, produsen dapat meraih kepercayaan konsumen, yang menjadi aset penting dalam membangun citra positif di pasar. Kepercayaan ini berdampak pada kemudahan dalam mempertahankan loyalitas pelanggan. Konsumen yang merasa dihargai dan percaya pada kualitas produk akan lebih cenderung untuk terus memilih produk yang sama. Selain itu, pelabelan yang etis juga melindungi produsen dari potensi masalah hukum atau kerugian reputasi yang mungkin timbul akibat ketidakpatuhan terhadap regulasi pelabelan.


           

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun