Mohon tunggu...
Rully Tri Cahyono
Rully Tri Cahyono Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar yang terus belajar

Dosen teknik. Suka menulis. Tulisan-tulisan yang lain dapat dibaca di https://rullytricahyono.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Generasi Muda, Ayo Bertanggung Jawab!

25 Juli 2016   21:52 Diperbarui: 25 Juli 2016   22:08 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Dengan berbagai kontrol tersebut, kenapa perbuatan mesum tetap tumbuh subur? Kenapa tiap tahun ada saja ibu-ibu yang menggunjing kalau si A menikah dengan si B karena hamil duluan?

Analisisnya bisa sangat beragam. Namun menurutku, yang amat kurang adalah rasa tanggung jawab. Anak-anak muda itu, tidak bisa berpikir jauh, bahwa di balik perbuatan mereka, ada tanggung jawab yang harus diemban. Dua orang temanku di awal cerita ini, menikah beberapa bulan setelah lulus SMA. Perempuan itu hamil lagi. Kali ini dia tidak mau lagi menggugurkan janinnya. Hanya dua bulan setelah si jabang bayi lahir, pasangan itu bercerai. Pernikahan dalam usia muda itu, tidak dilakukan setelah melalui proses berpikir yang dewasa. Dua orang itu, belum paham bahwa dalam pernikahan, buah dari perbuatannya, terselip tanggung jawab yang besar. Pacaran selama enam tahun pun kandas, seolah menunjukkan bahwa cinta kasih mereka selama ini semu belaka.

Tanpa sadar akan tanggung jawab, anak muda hanya berpikir enaknya saja. Padahal dampaknya mengerikan. Seorang temanku yang lain, hampir depresi setelah pacarnya yang sudah menodainya, minggat tak bertanggung jawab. Teman yang satu lagi, terkena penyakit kelamin karena terbiasa jajan. Menyedihkannya, jajan itu sudah dilakukannya sejak kelas tiga SMP!

Panutan yang serba barat juga menyesatkan. Kita berpikir bahwa hidup bebas ala bule itu menyenangkan. Sebagian dari kita mungkin beranggapan, dengan hidup yang tanpa sekat seperti itu pun, negara-negara barat bisa makmur. Padahal itu salah besar! Di Belanda yang aku tahu, siswa kelas 2 SMP memang sudah diajarkan untuk memasang kondom. Namun, orangtua boleh menolak kalau merasa anaknya belum siap. Selain itu, tanggung jawab selalu ditekankan kepada anak-anak yang masih muda belia itu.

Tidak hanya berupa nasehat guru, tanggung jawab itu diejawantahkan oleh pemerintah. Seorang anak yang lahir dari sebuah pasangan di luar nikah, harus dirawat dengan sungguh-sungguh oleh orangtuanya. Jika tidak, negara akan mengambil alih tanggung jawab pengasuhan itu. Namun tidak sesederhana itu. Orangtua yang tidak merawat anaknya dengan benar, bakal mendapat stigma negatif sepanjang hidupnya. Bagi orang barat, itu adalah cap yang amat memalukan. Maka dari itu, mereka berpikir seribu kali akan segala perbuatan yang bakal dilakukannnya, karena setiap aksi memiliki ekor berupa tanggung jawab.

***

Apakah tulisan ini mengajak kita supaya meniru cara barat yang bebas berbuat apa saja asal bertanggung jawab? Tentu tidak. Kita adalah orang timur. Kita pun punya tuntunan agama.

Tidak ada yang bisa mengendalikan seorang pemuda selain dirinya sendiri. Dalam urat nadi anak-anak umur belasan tahun, darah yang mengalir amatlah panasnya, sehingga mudah terpantik untuk melakukan segala sesuatu yang tampak menyenangkan. Selama bergaul dengan teman-teman, apakah tidak pernah terbersit dalam keinginanku untuk berbuat yang sama? Aku bukanlah nabi, tentu saja ada keinginan semacam itu. Namun masih bisa diproteksi dengan kesadaran akan tanggung jawab dalam diri ini.

Selain oleh guru-guru di sekolah dan mushola, wejangan-wejangan dari orangtua amatlah penting. Orangtua seringkali merasa canggung untuk membahas hal semacam ini dengan anaknya. Padahal, justru itulah kewajiban mereka. Aku masih ingat betul, saat aku sudah akil baligh, tidak bosan-bosannya Ibu mengulang-ulang nasihatnya. “Jangan pernah sekali-sekali kamu menodai perempuan!” Aku camkan betul-betul nasihat itu. Terbukti mempan. Selain itu, tentu sebagai manusia, walaupun masih muda remaja, kita dibekali akal pikiran. Kalau menghamili anak orang, bagaimanakah kelak menghidupinya? Kalau terkena penyakit kelamin, bagaimana masa depanku kelak? Kalau adik/kakak perempuan kita yang dinodai oleh seorang pria, relakah kita?

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun