Hasil Survey Pilkada 2017 dan beberapa Pilkada 2018 angkanya saya catat meleset sekitar 20% (sudah saya bahas dalam artikel-artikel saya).
Dan ketika saya melihat hasil-hasil survey lembaga-lembaga survey yang ada untuk Pilpres 2019 saya terkejut karena sama sekali tidak cocok dengan Analisa-analisa kesimpulan yang sudah saya buat sejak beberapa tahun lalu.Â
Saya punya beberapa teori pribadi untuk mengukur hasil survey sebuah lembaga maupun memprediksi hasil sebuah pemilu. Salah satu contoh adalah untuk Pilkada DKI dan Pilpres dimana bila ada kontestannya lebih dari 2 dan membutuhkan hasil pemenang 50%+1, maka Putaran kedua saya yakin saya bisa memprediksi siapa pemenangnya.
Teori lainnya adalah untuk sebuah Kontestasi dengan kasta tertinggi seperti Pilpres di Indonesia dan di negara lain, bila hanya ada 2 kontestan maka pemilih yang ada akan mengkristal menjadi 2 kubu. Dampaknya kemudian Elektabiltas kedua Kontestan akan berada di selisih tipis. Rentang selisih maksimal seharusnya paling tinggi 10%.
Contohnya kurang lebih sebagai berikut:
- Survey Elektabilitas Pilpres 2014: LSI-Indobarometer-Poltracking merilis angka Elektabilitas: Jokowi di kisaran 45-48% sementara Prabowo di kisaran 38-42%, Undecided Voters sekitar 10-15%.
- Survey Pilpres Amerika: Hillary Clinton 48% - Donald Trump 43%. (Selisih di kisaran 5%).
- Survey Pemilu Malaysia: Mahatir 47,3% - Najib 40,3%. Sarawak-Sabah dianggap Najib pasti menang.
Dari 3 survey diatas tidak ada yang memperlihatkan selisih antara kontestan mencapai 10%. Akan tetapi survey-survey lembaga survey kita untuk Pilpres 2019 berkali-kali hingga sampai minggu ini selisih Elektabilitas Jokowi-Prabowo ada diangka lebih dari 20%.Â
Ini sangat aneh menurut saya. Jauh dari kesimpulan saya selama ini tentang peta kekuatan 2 kontestan dalam pemilu. Dan satu hal lagi hasil survey-survey lembaga yang ada malah berbanding terbalik dengan hasil Polling-polling yang ada.
Dengan kondisi demikian saya ingin mencoba cara lain untuk memprediksi Hasil Pilpres 2019. Cara yang saya pakai adalah Menggunakan Peta Kekuatan Pilpres 2014 dan  dikomparasikan dengan Peta Kekuatan Pemenang Pilkada khususnya di wilayah Sumatra dan Jawa.Â
Kita semua tahu bahwa Peta Suara Pilpres hampir 60% ada di Pulau Jawad an hampir 20% ada di Sumatra. Jadi memang itulah prioritas saya untuk menghitung. Sementara untuk Wilayah lainnya selain data Pilkada untuk Kalimantan, Sulawesi, Bali-NTB-NTT , Maluku dan Papua sulit dipantau. Berkali-kali saya browsing tidak mendapatkannya.
saya asumsikan Jokowi pasti menang di Wilayah lain di luar Jawa dan Sumatra. Minimal kemenangan Jokowi di Kalimantan, Sulawesi, Bali-NTB-NTT, Maluku, Papua dan Luar Negeri dikisaran 60% seperti halnya Pilpres 2014.
Saya mencoba memprediksi angka Elektabilitas di pulau Jawad an Sumatra saja.