Melihat acara Debat Kedua dari Capres yang bertarung di Pilpres 2019, saya sebenarnya kurang puas dengan penampilan keduanya. Masih terlihat normative. Â Secara Fight Jokowi lebih unggul dari Prabowo tetapi dari keduanya ada kesan tulus yang terlihat dari cara Prabowo berbicara. Ini mungkin penilaian subjective karena setiap orang pasti berbeda kesannya.
Yang saya sayangkan malah Jokowi kembali lagi menyerang Sang  Penantang.  Ini tidak umum sebagai Petahana melakukan hal itu. Kesannya terlihat memaksakan kemenangan dan ini pasti menimbulkan rasa kurang simpati dari penonton.
Kedua  kandidat melakukan kesalahan dalam menyajikan data. Saya focus pada Jokowi dulu karena dia saat ini sebagai Petahan (sebagai Presiden).  Sungguh sayang kalau data yang disebut Presiden ternyata salah. Artikel berikutnya  saya ulas kesalahan Prabowo.
1.Yang Pertama, Jokowi berusaha menyudutkan Prabowo dengan Hal yang Pribadi  yaitu menyerang pengelolaan lahan dari Perusahaan Prabowo.  Ini Debat Nasional Presiden jadi seharusnya  membahas tentang Visi, Misi dan Program Capres. Kalaupun ingin mengkritik sang Penantang selain Visi, Misi dan Program  silahkan kritik pandangan politiknya ataupun pandangan politik dari parpol-parpol yang mendukungnya.Â
Kurang etis rasanya mengkritik urusan Pekerjaan Capres ataupun Keluarga Capres karena itu hal-hal yang bersifat pribadi yang tidak ada sangkut pautnya dengan Visi, Misi dan Program Calon Presiden.
Kesalahan itu menjadi semakin salah karena  Jokowi ternyata tidak paham "serangannya" ke Prabowo. Jokowi menyebut Prabowo memiliki  tanah 220.000 Ha  di Kalimantan Timur dan 120.000 Ha di Aceh.
Itu salah. Informasi yang diterima Jokowi salah karena  sebenarnya tanah-tanah itu sebenarnya milik negara dan negara memberi konsesi kepada Perusahaan Prabowo untuk mengelolanya.  Sertifikat Tanah tersebut adalah HGU dimana pada saat kontrak selesai tanah itu dikembalikan lagi pada negara.
2.Yang Kedua, Â Jokowi menyebut produksi kelapa sawit nasional mencapai 46 Juta Ton per tahun. Fakta sebenarnya Produksi thn 2015 hanya 26,5 Juta Ton, Thn 2016 31,5 Juta Ton dan Tahun 2017 hanya 34,5 juta Ton.
3.Yang ketiga, Jokowi menyebut  Dana Desa 180 Trilyun rupiah sudah dikucurkan, telah dibangun 191 Km jalan desa dan 58 ribu unit Irigasi. Fakta yang ada Jalan Desa yang sudah dibangun baru 95,2 ribu Km sementaara irigasi 103.405 unit. Bagaimana mungkin Jokowi bisa salah memperoleh data?
4.Yang Keempat, Jokowi menyebut dalam 3 tahun terakhir tidak terjadi kebakaran lahan hutan dan gambut. Â Faktanya Tahun 2016 terjadi kebakaran Hutan 13.604 Ha, tahun 2017 11.127 Ha Hutan terbakar dan 2018 sebanyak 4.666 Ha Hutan Terbakar.
5.Yang Kelima, Jokowi menyebut Impor beras mulai tahun 2014 Impor beras mengalami Penurunan. Â Sayangnya faktanya tidak demikian. Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, angka impor beras pada tahun 2018 menjadi yang paling tinggi yaitu sebesar 2,25 Juta Ton.
Pada 2015 total impor beras sebanyak 861,60 ribu ton dengan nilai US$ 351,60 juta. Pada 2016 sebanyak 1,28 juta ton dengan nilai US$ 531,84 juta. Pada 2017 sebanyak 305,27 ribu ton dengan nilai US$ 143,64 juta.
Akhirnya kita kembali bertanya-tanya, seperti halnya Jokowi tidak paham dan beberapa kali  kaget dengan adanya Gaji Guru Honorer yang hanya Rp.300 ribuan per bulan dan Harga Tiket Pesawat yang lain, mengapa sebagai Presiden sampai salah menyajikan data seperti disebut diatas?
Demikian.
Sumber :
Beberapa sumber lain dari Halaman Kompas di Facebook.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H