Yang saya rasakan memang seperti kondisinya dan yang saya amati memang seperti itu yang terjadi.
Kesalahan terbesar dari banyak kalangan yang mendukung Jokowi adalah terlalu mudah menilai orang atau tepatnya sering sekali memukul rata setiap orang yang terlihat tidak mendukung Jokowi adalah pendukung Prabowo.
Padahal masyarakat kita tidak seperti itu. Ada yang suka Jokowi, ada yang suka Prabowo, ada yang suka keduanya, ada yang tidak suka dengan keduanya dan ada yang masa bodoh dengan keduanya.
Ketika seseorang yang sebenarnya menyukai sosok Jokowi tetapi sempat terlontar ucapannya yang mengeluh kebijakkan Jokowi dan langsung dilabel Kampret oleh pendukung Jokowi lainnya maka dia akan kesal.Â
Bila itu terjadi lebih dari sekali maka mungkin saja akhirnya dia akan memilih memusuhi Jokowi sekalian.Â
Begitu juga yang lainnya. Mereka bukan pendukung Prabowo maupun pendukung Jokowi. Mereka hanya berdiskusi tentang kebijakan Jokowi karena saat ini yang menjadi Presiden adalah Jokowi.Â
Tentu tidak mungkin orang berdiskusi kebijakkan Prabowo karena memang belum berkuasa dan belum mengeluarkan kebijakkan untuk rakyat.
Dan kemudian ketika mereka membahas kekurangan Jokowi dalam kebijakkannya (contoh : tentang lembaga Pembinaan Pancasila), seketika itu juga mereka pun dilabeli sebagai Kampret, tentu membuat mereka akan merasa gusar juga.
Apa dampaknya kemudian bila hal itu begitu sering terjadi?
Apa dampaknya bila pendukung Jokowi mudah sekali memusuhi orang yang sepintas terlihat tidak membela Jokowi?
Tentu yang terjadi adalah Pendukung Prabowo akan bertambah banyak sedikit demi sedikit.
Penyebabnya bukan karena tiba-tiba mereka menyukai Prabowo tetapi karena mereka sudah dimusuhi oleh pendukung Jokowi sebelumnya.
Di sisi lain saya yang sebenarnya bukan pendukung Prabowo malah melihat kawan-kawan pendukung Jokowi merasa cukup heran.Â
Saya sebenarnya setahun terakhir lebih menyukai sosok Gatot Nurmsnyo. Silahkan baca artikel-artikel saya tahun 2018. Tapi memang Gatot Nurmantyo tidak punya pattai sehingga tidak bisa jadi Capres.
Ya saya merasa cukup heran betapa membelanya para pendukung Jokowi bila ada yang mengkritik Jokowi. Â Seolah-olah Jokowi adalah manusia sempurna yang tidak mungkin melakukan kesalahan.Â
Saya tahu bahwa mereka sangat menyayangi Jokowi tapi bukan berarti mereka harus membenarkan setiap kesalahan langkah Jokowi. Tidak boleh seperti itu sebenarnya.
Jokowi itu Presiden seluruh rakyat Indonesia. Tidak semua rakyat Indonesia sayang banget pada Presidennya sehingga sangat wajar mereka mengkritik Jokowi kalau kebijakkannya tidak pro rakyat.
Saya melihat cukup banyak pendukung Jokowi yang bersikap sebagai layaknya Fans Club Sepak Bola.Â
Ketika mereka sudah mendukung Tim Kesayangan mereka maka sejelek apapun permainannya tetap saja mereka membela mati-matian kalau ada yang coba-cobs mengkritisi permainan club bola tersebut.
Bahkan bertemu dengan Fans Club Lain mereka mengambil posisi sebagai musuh pendukung tim lain. Dan mudah diprovokasi untuk berkelahi hingga mati-matian hanya untuk sekedar menunjukkan mereka adalah fans setia club bola tersebut.
Fenomena ini nampak pada banyak pendukung Jokowi. Ini sangat disayangkan karena sebenarnya kehidupan berbangsa itu jauh berbeda dengan musim kompetisi sepak bola.
Kita hidup dalam alam Demokrasi yang menjujung tinggi perbedaan aspirasi setiap orang.Â
Tidak seharusnya ada pendukung fanatik seorang tokoh. Tidak ada sebenarnya seorang tokoh politik yang berdiri sendiri.Â
Dia akan selalu berada dalam lingkaran partainya. Â Dan dia tidak bisa dipisahkan dari karakter dan eksistensi partainya.
Contoh : misalnya Jokowi itu moralitas dan kapabilitasnya sangat baik, tetapi track recod partainya yaitu PDIP sangat buruk. Ini contoh ya.
Membela Jokowi mati-matian itu sama dengan membela PDIP mati-matian juga. Itu artinya pendukung fanatik itu tidak perfuli hal lainnya. Yang penting bagi mereka hanyalah mereka bisa mengungkapkan rasa sayangnya dan rasa hormatnya pada Jokowi.
Mereka tidak perduli dengan hal-hal yang buruk yang terjadi di sekitar Jokowi, mereka tidak perduli dengan berapa banyak kader PDIP yang koruptor atau hal lainnya.
Di benak mereka, Jokowi baik. Pasti teman-temannya baik. Padahal belum tentu benar seperti itu.
Saya tidak dalam kapasitas orang yang mampu dan harus merubah paradigma pendukung fanatik dari seorang tokoh. Jadi memang kalau sudah begitu kondisinya, tidak ada yang bisa dilakukan oleh siapun kecuali pendukung fanatik tersebut sadar dengan sendirinya.
Dan akhirnya saya hanya bisa menyimpulkan bahwa Fanatisme berlebihan pada Tokoh Pemimpin akan menciptakan Lingkungan yang eksclusive. Lingkungan kalangan mereka sendiri yang berbeda dari kalangan yang heterogen dan lebih banyak jumlahnya.
Secara politik, fanatisme pendukung seorang tokoh sangat merugikan tokoh tersebut. Dan bila dihubungkan dengan Pilores 2019, saya pesimis Jokowi bisa meraih Swing Voter yang ada. Padagal Swing Voter sebenarnya yang menjafi penetu kemenangan seoranv kontestan pemilu.Â
Sekian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H