“Hukum Negara berbeda dengan Hukum Masyarakat.Hukum Masyarakat selalu Universal. Dan Hukum Masyarakat itu adalah : Jangan pernah memusuhi siapa yang sedang disayang oleh Rakyat.Jangan pernah sekalipun berseberangan dengan Aspirasi Rakyat yang sedang berkembang.”
Ada yang menyebut dirinya Sok Moralis, Ada yang balik bertanya adakah sifat Kstariaan dari anggota DPR kita, Ada yang menanyakan apakah Golkar dan ARBnya bersikap Kstaria dan lain-lain sebagainya. Itulah yang diterima Nurul Arifin Politisi Golkar saat mempertanyakan label ksatria pada 11 prajurit Kopassus yang mengeksekusi mati 4 preman di LP Cebongan.
Secara pribadi sayapun menilai Nurul Arifin terlalu gegabah mungkin juga bodoh. Saat ini bukanlah saat yang tepat untuk memperdebatkan defenisi kata Ksatria.
Yang harus dipikirkan oleh Nurul dan seluruh Anggota DPR saat ini adalah : Mengapa peristiwa ini bisa terjadi. Apa akar masalah dari rentetan peristiwa ini dan bagaimana mencari solusi agar peristiwa seperti ini tidak terulang kembali.Itulah yang sebenarnya harus dipikirkan oleh mereka yang Terhormat di Senayan termasuk Nurul tentunya.
Apakah Nurul pernah merasakan keresahan masyarakat dengan kehidupannya yang tidak nyaman akibat banyaknya preman berkeliaran disekelilingnya? Apakah Nurul pernah merasakan ketakutan yang amat sangat ketika naik Angkot sendirian? Dan lain-lain sebagainya masih banyak lagi.
Rentetan peristiwa diatas karena pemerintah tidak mampu menciptakan keamanan untuk rakyatnya. Pemerintah tidak mampu melakukan itu karena ada pembatasan hukum-hukum yang berlaku untuk dijalankan pemerintah. Dan hukum-hukum itu yang membuat adalah kalian para anggota-anggota DPR Yang Terhormat.
Jadi peristiwa LP Cebongan akar masalahnya adalah kesalahan anggota DPR juga Para Anggota DPR hanya sibuk dengan Partainya, hanya sibuk dengan Uang dan Kekuasaan.Mereka masa bodoh dengan rakyatnya dengan membiarkan para Preman berkeliaran, tutup mata dan membiarkan ketidak-mampuan Polri melindungi rakyatnya hingga akhirnya terjadilah peristiwa prajurit pembela tanah air dibantai preman. Nurul tidak berpikir kea rah kesana. Yang dia pikir hanyalah bagaimana memanfaatkan momentum ini untuk kepentingan partainya, bagaimana caranya agar orang-orang menganggapnya dirinya pintar karena bisa memperdebatkan defenisi Ksatria.
Demikian, memang seperti itulah cara anggota Dewan kita berpikir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H