Mohon tunggu...
Rully Utama
Rully Utama Mohon Tunggu... -

Warga negara Indonesia biasa, tinggal di Bogor

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Surat Terbuka untuk Anak-anak Yulian Paonganan

21 Desember 2015   09:50 Diperbarui: 21 Desember 2015   11:27 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang Terkasih
Wino, Thya dan Chika
Dimanapun kalian berada saat ini 

Perkenankan saya turut menyatakan rasa prihartin atas apa yang terjadi pada ayah kalian, sosok ayah yang pastinya sangat kalian sayangi. Saya sebagai seorang ayah, mencoba memahami rasa sedih, amarah dan mungkin rasa kebingungan yang kalian rasakan. Saya juga adalah seorang ayah dari dua orang anak yang mungkin salah satu diantaranya seusia dengan kalian. Entah apa yang akan dirasakan oleh anak-anak saya bilamana suatu saat saya ditangkap oleh pihak berwajib. 

Sebagaimana ayah kalian, sayapun terbiasa menggunakan media sosial sebagai sarana bergaul di dunia maya. Dan di dunia maya inilah tidak jarang orang-orang dewasa seperti saya dan ayah kalian bisa sangat mudah terpancing dan terpeleset dalam menyatakan pendapat kami. Pendapat yang sering diwujudkan dalam bentuk kata-kata atau gambar yang membuat orang lain merasa tersakiti, terancam ketakutan, dipermalukan dan bahkan terzolimi oleh fitnahan. 

Saya tidak tahu sejauh mana kalian bertiga benar-benar memahami apa yang telah terjadi, apa yang telah ayah kalian lakukan. Mungkin ayah kalian selalu menyembunyikan segala bentuk kegiatannya di dunia maya, agar kalian tidak pernah tahu, sebagaimana saya pun berusaha sedapat mungkin menjauhkan anak-anak saya dari segala aktivitas saya di media sosial. Hanya ketika saya berbagi informasi foto dan informasi tentang anak-anak saya di media sosial, maka saya tunjukan hal tersebut kepada mereka. Karena selebihnya memang apa yang saya dan ayah kalian lakukan banyak yang tidak layak untuk dicontoh oleh anak-anak. Atas nama ayah kalian, atas nama semua orang dewasa, atas nama kami semua yang berperilaku tidak layak di media sosial, perkenankan kami meminta maaf kepada kalian bertiga. 

Saya kagum dengan cara kalian menulis surat kepada Bapak Presiden yang isinya lugas dan ringkas, namun perkenankan saya memberikan catatan agar kalian bisa memahami bagaimana kami selaku orang dewasa mencoba “menangkap” pesan yang kalian sampaikan, dan barangkali bilamana kalian berkenan kalian bisa merevisi surat tersebut:
- Saya tidak melihat adanya pernyataan tentang perasaan kalian dalam menyikapi musibah yang menimpa ayah kalian, apakah kalian sedih, marah atau malu? Mengingat sebagai anak-anak (entah berapa usia kalian) kalian berhak untuk menyatakan perasaan atas musibah ini, agar pembelaan kalian bisa menunjukkan benar-benar didasari rasa kasih sayang dan hormat kalian kepada ayah kalian.
- Kalian telah menyebutkan dua Undang-Undang yang dijadikan alat tuduh atas pelanggaran yang dilakukan oleh ayah kalian. Tapi apakah kalian telah mendapat bimbingan yang memadai dari orang yang paham tentang hukum, agar kalian dapat benar-benar mengerti isi kedua undang–undang tersebut? Tujuannya agar kalian memahami bobot pelanggaran yang telah dilakukan ayah kalian.
- Kalian menyebutkan bahwa ayah kalian bukanlah penjahat seperti koruptor dan teroris, tapi kalian perlu juga memahami bahwa ayah kalian telah menghina pemimpin Bangsa Indonesia, menghina Presiden sebuah negara berarti menghina seluruh warga bangsa. Bila saat ini para pelaku lainnya belum ditangkap seperti ayah kalian, mungkin karena saatnya belum tiba. Saya menyimpulkan bahwa kalian sebenarnya menyadari bahwa ayah kalian telah melakukan kesalahan, kesalahan yang menurut kalian tidak seberat apa yang dilakukan para koruptor dan teroris. Namun bagaimana jika situasinya dibalik, ayah kalian adalah seorang Presiden bernama Yulianus Paonganan yang kebetulan pernah diajak berfoto bersama seorang artis wanita yang baru ditangkap akibat kasus prostitusi, kemudian seorang netizen bernama Jokowi mengunggah foto tersebut sambil dilabeli tagar ‪#‎PapaDoyanLo‬** . Saya sangat yakin sikap kalian akan berbalik 180 derajat. Sudikah kalian menerima cuitan di media sosial bahwa ayah kalian doyan lon**....??? Apakah kalian pernah mempertimbangkan perasaan anak-anak Presiden Jokowi ketika kalian menulis surat terbuka untuk Bapak Presiden dan Bapak Kapolri ? 

Wino, Thya dan Chika yang saya kasihi, saya sangat paham bahwa semua ini telah mengguncang kalian. Sebagai seorang ayah, saya sangat khawatir dengan dampak perasaan yang kalian tanggung, saya berdoa agar apa yang kalian alami ini tidak menggeser atau melukai paradigma kalian sebagai warga bangsa yang bernama Indonesia. 

Mari kita bersama doakan agar Bapak Presiden mau memberi perhatian kepada kalian dan memberi keputusan yang terbaik untuk ayah kalian. Karena setahu saya beliau adalah sosok bijak dan penuh empati. Bapak Presiden kita adalah manusia biasa yang punya kelemahan, namun Beliau sedang berjuang memberi yang terbaik untuk bangsa ini, bahkan kadang apa yang Beliau lakukan sudah melampaui batas kemampuan dan nyali yang Beliau miliki. Ayah kalian mungkin belum bisa menerima situasi ini, ayah kalian tidak puas dengan apa yang terjadi dan sayangnya ayah kalian mengungkapkannya bukan dengan cara yang baik. Jadi berilah kesempatan kepada ayah kalian untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah dilakukanya selama ini.

 

Teriring salam dan doa,

      Rully S Utama
(Papanya Bintang & Damai)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun