"Ya ampun, Malaysia lagi, Malaysia lagi!" Begitu kira-kira reaksi netizen Indonesia saat melihat video viral suporter timnas Malaysia yang bernyanyi usai pertandingan. Lucunya, lagu yang dinyanyikan ritmenya mirip banget dengan lagu "Tanah Airku", lagu yang sudah jadi ritual wajib timnas Indonesia usai pertandingan. Kalau ini tugas sekolah, mungkin bisa langsung kena tuduhan copy-paste.
Ritual Khas yang Sudah Jadi Identitas Indonesia
Siapa sih yang nggak terharu waktu dengar ribuan suporter Indonesia menyanyikan "Tanah Airku" di stadion? Nggak peduli tim menang atau kalah, lagu ini selalu jadi penutup yang bikin merinding. Ritual ini bukan sekadar hiburan, tapi bentuk cinta dan dukungan tulus dari suporter untuk tim kesayangan.
Atmosfernya? Jangan ditanya. Suara lantang dari tribun, ditambah semangat yang tidak pernah padam, bahkan bikin banyak kreator luar negeri angkat topi. Mereka bahkan bilang, pengalaman nonton langsung timnas Indonesia di stadion itu beda. Jadi nggak heran kalau tradisi ini akhirnya viral.
Malaysia yang Terinspirasi atau Sekadar Ikut-ikutan
Lalu muncul video itu. Suporter Malaysia terlihat bernyanyi bersama setelah pertandingan, dan... nadanya mirip banget! Warganet Indonesia langsung panas dingin. Ada yang komentar santai, "Malaysia, inovasi dong," tapi ada juga yang gregetan, "Kenapa sih nggak cari ide sendiri?"
Kalau dipikir-pikir, memang apa salahnya sih meniru? Toh, itu tandanya mereka mengakui betapa kerennya kita. Tapi tetap saja, ada batasnya. Kalau terlalu mirip, rasanya seperti mengganti nama pinjol menjadi pindar.
Ritual Bukan Sekadar Nyanyian
Yang harus diingat adalah ritual ini punya makna mendalam. Di Indonesia, "Tanah Airku" dinyanyikan bukan cuma buat hiburan. Lagu ini jadi pengingat bahwa sepak bola lebih dari sekadar olahraga. Ini soal kebanggaan, persatuan, dan cinta tanah air.
Ketika tim kalah, lagu ini menguatkan. Ketika menang, lagu ini jadi selebrasi. Jadi kalau Malaysia mau mengadopsi, apakah mereka benar-benar paham maknanya, atau hanya sekadar ingin meniru atmosfernya saja?
Netizen Indonesia: Antara Bangga dan Baper
Reaksi netizen pun campur aduk. Ada yang bangga karena tradisi kita diakui dan "dicontek." Tapi banyak juga yang kesal karena merasa kurang dihargai. "Kenapa nggak bilang dulu?" atau "Besok GBK nggak sekalian dipinjam," begitu beberapa komentar sarkas yang bermunculan.
Di sisi lain, ada juga yang mencoba berpikir positif. Mungkin ini cara Malaysia menunjukkan apresiasi. Tapi tetap saja, rasanya seperti ada tamu yang mengambil piring kita tanpa izin. Bukan masalah besar, tapi tetap mengganggu.
Peluang Kolaborasi atau Kompetisi?
Kalau kita mau melihat ini dari sisi lain, mungkin ini kesempatan untuk kolaborasi. Bayangkan jika kedua negara bisa menciptakan tradisi baru bersama. Bukan hanya soal siapa yang lebih hebat, tapi bagaimana kita bisa saling mendukung.
Tapi ya, itu semua utopia. Realitanya, rivalitas antara Indonesia dan Malaysia di dunia sepak bola sudah seperti sinetron panjang. Jadi lebih mungkin ini akan jadi bahan bakar kompetisi berikutnya daripada kolaborasi.
Boleh Meniru, Tapi Jangan Lupa Hargai
Apa pun niatnya, fakta bahwa Malaysia meniru ritual kita menunjukkan betapa kuatnya pengaruh budaya sepak bola Indonesia. Ini alasan untuk bangga, meski dengan sedikit rasa sebal di pinggirnya.
Jadi apakah ini bentuk apresiasi atau hanya tiruan mentah? Yuk, diskusi di kolom komentar sambil menyanyikan "Tanah Airku", biar lebih semangat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H