Mohon tunggu...
Rully Novrianto
Rully Novrianto Mohon Tunggu... Lainnya - A Man (XY) and A Mind Besides Itself

Kunjungi juga blog pribadi saya di www.rullyn.net

Selanjutnya

Tutup

Home Pilihan

Ketika DIY Renovasi Rumah Lebih Mahal dari Bayar Tukang

2 Desember 2024   15:46 Diperbarui: 2 Desember 2024   21:16 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi tukang sedang mengerjakan atap (sumber: freepik.com/author/freepik)

Punya rumah sendiri (bukan ngontrak) itu kayak punya bayi raksasa yang nggak pernah berhenti butuh perhatian (dan uang). Baru saja selesai bayar tagihan listrik, eh atap bocor. Hari ini pompa air rusak, besok keran dapur macet. 

Pas melihat saldo di ATM makin menipis, mulai berpikir, "Kenapa nggak coba DIY (Do It Yourself) aja?" Pasti ada panduannya di YouTube. Orang lain bisa, masa saya nggak? Hemat banyak, hasil memuaskan. Setidaknya begitulah yang dibayangkan. 

DIY Itu Hemat, Tapi Apa Selalu Sebanding? 

Waktu itu saya coba DIY, cuma pasang atap fiber. Barangnya murah, cuma butuh bor dan beberapa sekrup serta kawat. Gampang deh, atau begitulah yang saya pikir. 

Masalahnya, setelah atap itu dipasang (dan terlihat cukup bagus), malamnya saya dengar suara brak! Ternyata atapnya jatuh tidak kuat menahan terpaan angin kencang. Akibatnya koleksi tanaman kesayangan ibu saya ada yang rusak. Jadi kena nyap-nyap deh. Atapnya sobek, tanaman ibu saya hancur.

Dari situ saya belajar, DIY itu nggak sekadar soal keberanian dan peralatan lengkap. Kalau nggak tahu apa yang dilakukan, hasilnya seringkali jauh dari kata hemat. 

Risiko DIY yang Sering Diabaikan 

Kita sering ngomongin DIY dari sisi penghematan biaya. Kalau gagal, paling banter bikin rumah kelihatan sedikit berantakan. Tapi ada risiko lain yang lebih serius, yang sering kita lupa: cedera. 

Teman saya pernah cerita ketika ia mencoba memperbaiki instalasi listrik sendiri. Alasannya? Nggak mau bayar teknisi, mahal katanya. Satu minggu kemudian, dia harus ke rumah sakit karena kesetrum, cukup parah. Biaya rumah sakitnya? Jauh lebih mahal daripada bayar teknisi di awal. 

Itu baru listrik. Risiko lainnya bisa saja jatuh dari tangga waktu ngecat, kena gergaji waktu potong kayu, atau malah bangunan rumah jadi nggak aman karena salah hitung struktur. DIY yang keliru itu bukan cuma soal rumah nggak rapi, tapi bisa mengancam nyawa. 

Kapan Sebaiknya Kita Bilang, "Oke, Ini Harus Pakai Tukang" 

Nggak semua proyek rumah cocok buat DIY. Kadang kita harus tahu kapan harus mundur dan bilang, "Ini urusan orang profesional di bidangnya." 

  • 1. Instalasi Listrik atau Pipa Air 

Salah pasang kabel listrik bisa bikin korsleting atau kebakaran. Salah perbaiki pipa? Siap-siap lantai rumah jadi kolam renang. 

  • 2. Perbaikan Struktur Utama Rumah 

Main bongkar dinding penyangga tanpa tahu konsekuensinya bisa bikin rumah rubuh. 

  • 3. Gunakan Alat Berat Tanpa Latihan 

Kalau belum pernah pakai gergaji mesin atau bor besar, lebih baik nggak usah coba-coba. Satu kesalahan kecil saja bisa fatal. 

Tips Aman Kalau Tetap Mau DIY 

Saya nggak bilang DIY itu buruk, ya. Ada banyak proyek kecil yang bisa bikin puas kalau berhasil. Tapi kalau mau DIY, ada beberapa aturan yang sebaiknya diikuti: 

  • Cari Info Sebanyak Mungkin 

Jangan cuma nonton satu video YouTube. Baca artikel, tonton tutorial dari ahli, dan pastikan kamu benar-benar paham apa yang sedang dikerjakan. 

  • Gunakan Alat yang Tepat 

Jangan pakai alat seadanya. Investasi di alat berkualitas bisa bikin pekerjaan lebih mudah dan aman. 

Sebelum mencoba hal besar seperti merenovasi kamar mandi, coba yang lebih sederhana seperti mengecat dinding. 

  • Pakai Logika 

Kalau di tengah jalan proyek terasa terlalu berat atau berbahaya, jangan ragu untuk berhenti dan panggil profesional. 

DIY atau Pakai Tukang?

Dari pengalaman saya, DIY itu seperti jalan pedang bermata dua. Ada kepuasan kalau berhasil, tapi juga ada risiko besar kalau gagal. Sebelum mulai proyek DIY, tanyakan dulu ke diri sendiri: 

1. Apa saya punya kemampuan untuk menyelesaikan ini? 

2. Apa saya punya alat dan waktu yang cukup? 

3. Apa risikonya kalau saya gagal? 

Kalau jawabannya lebih banyak ragu daripada yakin, lebih baik serahkan ke ahlinya. Jangan sampai niat hemat malah jadi bencana. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Home Selengkapnya
Lihat Home Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun