Mohon tunggu...
Rully Novrianto
Rully Novrianto Mohon Tunggu... Lainnya - A Man (XY) and A Mind Besides Itself

Kunjungi juga blog pribadi saya di www.rullyn.net

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Tyson vs Paul, Pertandingan Tinju Seperti Reality Show

17 November 2024   10:17 Diperbarui: 17 November 2024   10:36 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
youtube.com/@RapiddFilms

Pada 7 Maret 2024, Netflix dan Most Valuable Promotions menjanjikan sebuah tontonan pertandingan tinju penuh adrenalin dan ketegangan. Ehh nyatanya kita malah disuguhi sesuatu yang terasa seperti drama sinetron dengan plot yang sudah ketebak.

Ya, saya sedang membicarakan pertandingan epik antara Jake Paul, seorang YouTuber berusia 27 tahun yang beralih jadi seorang petinju, melawan Mike Tyson, si legenda tinju yang sekarang berusia 58 tahun.

Kalau kamu nonton pertandingannya kemarin (16/11/2024), selamat! Kamu baru saja menjadi saksi sejarah... sejarah dari tontonan yang bikin kita semua bingung.

Harapan Tinggi, Kenyataan Pahit

Pertama-tama, mari kita bicara soal ekspektasi. Jake Paul, dengan segala kontroversinya, memang berhasil menarik perhatian dunia tinju dengan pertarungan-pertarungan sebelumnya. Suka atau tidak, dia tahu bagaimana menjual sebuah pertandingan dan mencuri perhatian.

Lalu ada Mike Tyson, sang leher beton yang dulunya adalah mimpi buruk bagi lawannya di ring. Tapi mari realistis, ini bukan Mike Tyson yang sama seperti di tahun 80-an. Ini adalah Mike Tyson yang lebih sering muncul di podcast dibanding di ring.

Ketika pertandingan ini diumumkan, publik jelas terbelah. Ada yang antusias, membayangkan aksi KO nostalgia dari Tyson. Ada juga yang skeptis. Di sinilah saya berada, menonton dari jauh sambil berpikir, "Apa ini tidak seperti acara reality show yang dikemas ulang jadi pertandingan tinju?"

Pertandingan Profesional Seperti Eksebisi

Sekarang mari kita bahas inti masalahnya. Meski ini disebut sebagai pertandingan profesional yang akan masuk ke catatan rekor keduanya, rasanya kok lebih seperti pertarungan eksebisi yang sudah diatur sebelumnya.

Jake Paul, dengan stamina muda dan pengalaman bertanding modern, melawan Tyson yang meski masih punya power, tidak bisa dipungkiri sudah kehilangan kecepatan dan refleksnya. Apa yang mau diharapkan dari pertandingan ini?

Hasilnya? Seperti dugaan banyak orang, tidak ada kejutan. Semua terasa datar. Tyson jelas tidak berniat menghancurkan pemuda yang mungkin seumuran dengan anaknya itu. Di saat jeda antara ronde, napasnya terlihat terengah-engah. Ya namanya juga sudah hampir jadi lansia.

Sementara Jake Paul sepertinya lebih sibuk menjaga image-nya dibanding benar-benar bertanding dengan sungguh-sungguh. Pukulannya seperti tidak dilepaskan seratus persen. Entah karena dia tidak tega karena melawan lansia, atau ada perjanjian tertentu di antara keduanya, entahlah.

Kalau kamu berlangganan Netflix hanya untuk ini, rasanya sih kamu pantas marah-marah di kolom komentar. Belum lagi seringnya masalah teknis yang menyebabkan lag saat streaming.

Drama di Balik Layar

Salah satu elemen yang membuat pertandingan ini terasa lebih seperti hiburan daripada olahraga adalah cara mereka menjualnya. Promosi besar-besaran, cuplikan latihan Tyson yang bikin kita teringat masa jayanya, dan Jake Paul yang terus memprovokasi, bahkan sampai ditampar oleh Tyson saat face-off. Semua ini dirancang untuk satu tujuan: memastikan penonton membeli tiket atau berlangganan Netflix.

Tapi setelah semua hype itu, apa yang kita dapatkan? Sebuah pertarungan yang rasanya seperti dua aktor di atas panggung, lebih peduli pada koreografi daripada kemenangan.

Tyson mungkin hanya berpikir, "Ah, ini cuma buat tambah pundi-pundi pensiun". Sementara Jake Paul mungkin sibuk menghitung jumlah pengikut di media sosial yang bertambah.

Siapa yang Ketawa Terakhir?

Pada akhirnya, hanya ada dua pihak yang benar-benar menang di sini: Jake Paul dan Mike Tyson. Mereka berhasil bikin ribuan orang di arena dan jutaan lainnya di depan layar streaming rela menghabiskan waktu dan uang.

Mereka tahu persis bagaimana memanfaatkan antusiasme orang-orang yang berharap melihat sesuatu yang spektakuler. Tapi alih-alih pertandingan tinju penuh aksi, kita justru dapat pertandingan yang lebih cocok disebut sebagai tinju eksebisi.

Jadi apa pelajaran yang bisa kita ambil dari ini semua? Sederhana, tidak semua yang dibungkus dengan label "pertandingan profesional" layak mendapatkan perhatian. Kadang hiburan memang lebih penting daripada substansi, dan pertandingan Jake Paul vs Mike Tyson ini adalah buktinya.

Tyson mendapatkan uangnya, Jake mendapatkan kemenangannya, Netflix mendapatkan uang berlangganan, dan kamu kecele.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun