Sudah ada banyak konten viral yang berisi video tentang hewan. Salah satunya adalah Moo Deng, anak kuda nil pygmy di kebun binatang Thailand yang menjadi viral karena semua orang gemas melihat kelucuannya.
Apa yang membuat Moo Deng dan anabul pada umumnya begitu memikat? Jawabannya cukup sederhana: kepala besar, mata besar, dan bentuk wajah yang bulat.
Bagaimana kalau Moo Deng dan anabul tubuhnya panjang, kurus, dan wajahnya lebih lancip? Well, bisa dipastikan dia tidak akan viral, malah mungkin bikin kita merinding.
Dalam tulisan ini, saya akan bahas alasan kenapa kita terobsesi dengan hewan yang lucu dan menggemaskan. Siap?
Kenapa Kita Suka yang Imut dan Menggemaskan
Kita semua tahu, Moo Deng punya daya tarik yang luar biasa berkat kepala dan matanya yang besar serta bentuk wajah yang bulat.
Hal ini sebenarnya berhubungan erat dengan cara otak kita bekerja. Bayi dari berbagai spesies, termasuk manusia, cenderung memiliki ciri-ciri yang sama: kepala besar, mata lebar, pipi bulat. Semua fitur ini memicu respons otomatis di otak kita.
Dari riset yang dilakukan oleh Marc Bornstein dari National Institute of Child Health and Human Development dan Catherine Alexander dari University of Oxford, ditemukan bahwa saat kita melihat wajah bayi, manusia atau hewan yang lucu, ada respons cepat di salah satu bagian otak yang disebut orbitofrontal cortex.
Bagian ini biasanya berkaitan dengan imbalan dan emosi. Tapi yang menarik, respons ini tidak muncul saat kita melihat wajah orang dewasa. Artinya, wajah bayi benar-benar bisa menarik perhatian kita dan membuat kita sulit untuk mengalihkan pandangan.
Insting Peduli yang Dipicu Oleh Kegemasan
Fitur wajah bayi, termasuk yang ada pada anabul dan Moo Deng, bisa memicu insting kepedulian dalam diri kita. Ini bukan hanya berlaku untuk manusia, tapi juga hewan. Makhluk dengan fitur "lucu" cenderung membuat kita ingin melindungi dan merawatnya. Kalau dipikir-pikir, ini masuk akal dari sudut pandang evolusi.
Bayi, baik itu manusia atau hewan, membutuhkan perhatian dan bantuan dari orang dewasa untuk bertahan hidup. Jika mereka tidak terlihat menarik atau menggemaskan, mungkin insting untuk merawat mereka tidak terlalu besar.
Jadi hewan seperti Moo Deng dan anabul dengan fitur wajah mirip bayi, secara tidak langsung memanfaatkan respons evolusioner ini. Makanya kalau melihat anabul pasti responnya, "Ihhh lucu banget."
Sekarang coba bayangkan, kalau hewan itu punya wajah yang lancip, tubuh yang kurus, dan proporsi yang nggak seimbang, apakah kita masih akan merasakan hal yang sama?
Mungkin tidak. Makanya jarang banget kan melihat ada orang yang bilang "Ihhh lucu banget" ke bayi babi hutan, bayi kobra, atau bayi burung pemakan bangkai.
Fitur-fitur tersebut malah bisa membuat kita merasa tidak nyaman atau bahkan takut. Sementara itu, tubuh bulat dan mata besar adalah kunci daya tarik karakter ini.
Hal ini menjelaskan kenapa kita bisa langsung merasa "tertarik" ketika melihat sesuatu yang menggemaskan, bahkan tidak bisa berhenti menatapnya.
Yang lebih menarik lagi, riset tersebut juga menunjukkan bahwa fitur-fitur lucu ini bukan hanya menarik perhatian, tapi juga bisa memicu reaksi emosional.
Itulah kenapa kita cenderung merasa senang, nyaman, atau bahkan ingin melindungi saat melihat karakter dengan fitur seperti Moo Deng.
Hewan Mengajarkan Kita Tentang Pentingnya Imut dan Menggemaskan
Ternyata kegemasan bukan hanya soal penampilan yang menyenangkan, tapi juga terkait dengan bagaimana otak kita memproses informasi dan merespons rangsangan.
Kegemasan adalah salah satu cara alam bekerja untuk memastikan keberlangsungan hidup. Jadi kalau kamu terobsesi dengan anabul, itu bukan karena kamu aneh. Itu karena otakmu secara alami merespons dengan cara yang membuatmu merasa terikat.
Referensi:
https://www.ox.ac.uk/research/how-cute-things-hijack-our-brains-and-drive-behaviour
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H