Pernah nggak kamu ketemu orang yang punya nama sebut saja Budi, tapi ada orang lain yang selalu manggil dia "Dower" gara-gara bibirnya mirip Mick Jagger? Anehnya, Budi tidak merasa tersinggung atau marah sama sekali.
Kalau kamu lihat kejadian kayak gini, bisa dipastikan kedua orang itu sudah berteman lama banget, mungkin sejak SMA. Soalnya di balik julukan aneh itu, ada cerita panjang yang bikin hubungan mereka justru makin erat.
Kenapa Julukan Itu Bisa Muncul?
Kalau dipikir-pikir, julukan ini tidak muncul begitu saja, pasti ada sejarah di baliknya. Saya sendiri punya kawan namanya Fajar, tapi saya dan teman-teman lain selalu memanggilnya "Kumis" sampai sekarang.
Alasannya adalah dulu waktu masih SMA, di antara semua siswa cuma dia yang punya kumis paling tebal. Entah siapa yang memulai, tapi sejak saat itu panggilan "Kumis" nempel kayak prangko di namanya. Fajar juga nggak pernah baper sama panggilan itu.
Di mata orang lain, panggilan seperti "Kumis", "Gepeng", "Buluk", "Bendot" dan julukan aneh lainnya mungkin kedengarannya nyakitin. Tapi buat Fajar dan kami teman-teman lamanya, ini lebih seperti inside joke yang cuma kami yang mengerti.
Jadi ya woles aja. Lagipula, siapa sih yang nggak ketawa dengar julukan kocak hasil kejadian random dari masa-masa SMA?
Julukan yang Jadi Bukti Akrabnya Persahabatan
Pemberian julukan itu kalau dipikir-pikir sebenarnya bukan ejekan. Bagi orang yang sudah lama berkawan, julukan malah jadi tanda seberapa dekat mereka satu sama lain. Contohnya, Fajar dan kami semua sudah kenal luar dalam.
Tapi kalau julukan itu dipakai orang yang baru mengenalnya, pasti Fajar bakal ilfeel. Nah, beda ceritanya kalau yang manggil itu sahabat yang sudah dia kenal sejak masih pakai seragam sekolah.
Makanya, Fajar tidak merasa terganggu. Karena panggilan itu justru bikin dia ingat betapa konyolnya masa-masa itu, dan bagaimana serunya punya teman yang sudah kenal sejak lama.Â
Dia tahu kami tidak bermaksud menghina. Ini lebih ke candaan khas yang bikin dia ingat masa-masa seru di sekolah dulu. Dia mengerti konteksnya, jadi dia santai saja.
Yang membuat julukan itu bisa bertahan lama adalah karena kami punya kenangan yang saling mengikat. Masa-masa SMA itu kan biasanya penuh dengan momen lucu, norak, kadang juga memalukan.
Dari situlah lahir cerita-cerita yang cuma bisa dimengerti oleh mereka yang ada di dalamnya. Semua itu bikin kami punya ikatan yang lebih kuat, dan julukan "Kumis" jadi bagian dari cerita panjang persahabatan kami.
Orang Luar Pasti Bingung
Coba bayangin deh, kamu lagi di tengah kumpulan orang, dan ada satu orang yang manggil Budi, "Eh Dower, sini deh!" Orang yang baru kenal Budi mungkin bakal bingung, "Loh, kok dia dipanggil gitu?"
Buat mereka yang tidak mengerti konteksnya, julukan "Dower" ini bisa kelihatan seperti ejekan yang kasar atau malah dianggap body shaming. Tapi sebenarnya itu tanda kalau hubungan mereka sudah melewati batas formalitas. Mereka tidak butuh basa-basi karena sudah saling kenal sejak lama.
Tapi ya memang tidak semua orang bisa menerima dipanggil dengan julukan. Makanya penting juga buat kita untuk tahu kapan harus manggil dia dengan julukan, dan kapan tidak.
Kalau tidak terlalu dekat sama orangnya, mungkin jangan sembarangan panggil dengan julukan. Karena buat sebagian orang, memanggil dengan julukan bisa terasa tidak nyaman.
Jadi lain kali kalau kamu dipanggil dengan julukan dari SMA dulu, mungkin itu tanda kalau mereka peduli sama kamu, walaupun cara mereka nunjukinnya agak absurd!
Nah, kamu dipanggil dengan julukan apa sewaktu SMA? Kalau saya dipanggil...ahh nggak ahh, malu nyebutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H