Colonel Tom Parker, manajer dari penyanyi legendaris Elvis Presley, adalah ahli dalam memanfaatkan setiap peluang. Bahkan dia bisa meraup cuan dari mereka yang tidak suka Elvis!
Bagaimana caranya? Dia bikin pin bertuliskan "I Hate Elvis" dan menjualnya. Parker justru melihat peluang dari mereka yang tidak suka Elvis dan menjadikan mereka sumber penghasilan juga. Kocak sih, tapi jenius!
Ketika Haters Bisa Mendatangkan Uang Untuk yang Dibenci
Biasanya, kalau ada orang tidak suka sama artis atau produk tertentu, mereka bakal menjauh, ya kan? Tapi Parker tidak begitu. Dia sadar kalau ada banyak orang yang membenci Elvis dan berpikir, "Kenapa nggak mereka beli sesuatu buat mengekspresikan rasa bencinya?"
Jadilah pin "I Hate Elvis" dan "Elvis is a Jerk". Ironisnya, setiap orang yang beli pin itu justru tetap memberi cuan ke Elvis. Orang-orang yang tadinya tidak mau beli merchandise Elvis malah justru memberi keuntungan ke orang yang mereka benci.
Pemasaran dengan Strategi Kontroversi
Parker paham dengan prinsip "Tidak ada yang namanya publisitas buruk". Semua perhatian itu berharga, baik dari penggemar maupun pembenci.
Nah, daripada buang energi buat meredam kebencian atau menanggapi haters, Parker justru mengakomodasi mereka. Kalau ada yang tidak suka Elvis, Parker bilang, "Santai aja, nih ada pin yang bisa lo beli buat tunjukin rasa benci lo." Jenius, kan?
Jadi, apapun yang orang pikirkan tentang Elvis, positif atau negatif, tetap menghasilkan duit. Orang yang tidak suka sama dia merasa perlu menunjukkan ketidaksukaannya dengan membeli pin bertuliskan "I Hate Elvis."
Padahal mereka secara tidak langsung ikut memperkuat image Elvis. Ini juga bukti betapa berpengaruhnya brand Elvis sampai orang yang benci sekalipun tetap merasa terhubung.
Jeniusnya Parker dalam Mengolah Sentimen
Zaman sekarang strategi seperti ini sudah bukan hal aneh. Karena di era media sosial, kita sudah biasa lihat orang memanfaatkan kontroversi buat menarik perhatian.
Tapi pada zaman Elvis di tahun 1950-an, langkah ini tergolong out of the box. Alih-alih berusaha memadamkan reaksi negatif, Parker justru memanfaatkannya. Dia mengerti kalau kebencian juga bisa jadi alat pemasaran yang efektif.
Apa yang Bisa Dipelajari?
Yang bisa kita pelajari dari strategi ini, terutama buat yang terjun di dunia bisnis, adalah bahwa tidak semua orang harus suka dengan produk atau layanan kita.
Bahkan dengan cara yang tepat, kita bisa mengubah ketidaksukaan itu jadi keuntungan. Bayangkan, di mana lagi ada orang yang bisa jual produk ke orang yang benci dengan produknya dan tetap dapat untung?
Trik Parker ini benar-benar mengajarkan bahwa di dunia hiburan atau bisnis, semua reaksi baik positif maupun negatif, bisa dimanfaatkan.
Jadi kalau ada yang benci, jangan buru-buru panik. Bisa jadi ada peluang besar di sana yang bisa dimanfaatkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H