Sore itu, Nicholas menyusuri jalan berdebu menuju rumah kecil di tepi bukit. Rumah itu tampak seperti sudah ditinggalkan, namun ada tanda-tanda kehidupan, asap tipis mengepul dari cerobong.
Ketika dia mengetuk pintu kayu rumah tua itu, seorang pria tua dengan tatapan tajam membukanya. Wajahnya penuh kerutan, matanya penuh dengan cerita yang tidak pernah diungkapkan.
"Apa kau mencari sesuatu?" tanya pria tua itu dengan suara serak.
Nicholas menarik napas dalam, mencoba menenangkan kegugupannya. "Aku mencari jawaban... tentang Victoria."
Pria tua itu tidak langsung menjawab. Dia mengamati Nicholas seolah menimbang apakah dia bisa mempercayainya.
Setelah beberapa detik, dia mengangguk perlahan. "Masuklah."
Di dalam rumah, pria itu duduk di kursi tua sambil menatap Nicholas dengan tatapan yang penuh beban.
"Aku ingat hari itu dengan jelas. Aku mendengar suara itu, jeritan yang begitu memilukan. Ketika aku sampai di sana, Victoria dan Julian sudah terbaring tak bernyawa," katanya pelan.
"Apa benar Julian yang membunuhnya?" balas Nicholas langsung.
Pria tua itu menggeleng pelan. "Aku tidak yakin. Aku melihat sebuah pistol di lantai, dan itu milik seseorang yang pernah datang ke sana... Edward. Kakak Julian."
Nicholas merasa seluruh tubuhnya merinding. Mimpinya benar. Ini bukan tentang Julian. Ini tentang Edward. Tapi mengapa semua bukti menunjuk pada Julian?
"Edward punya masalah dengan Julian. Kecemburuan, rasa bersalah... aku yakin ada lebih dari sekadar bunuh diri," lanjut pria itu.
Nicholas tahu, kini ada lebih banyak yang harus diungkap. Dia tidak akan berhenti sampai menemukan kebenaran tentang kematian Victoria.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H