Mohon tunggu...
Rully Novrianto
Rully Novrianto Mohon Tunggu... Lainnya - A Man (XY) and A Mind Besides Itself

Kunjungi juga blog pribadi saya di www.rullyn.net

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Adegan dari Memori Masa Lalu (Pt.2/9)

29 September 2024   12:39 Diperbarui: 29 September 2024   12:46 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah malam yang panjang, Nicholas merasa ada sesuatu yang lebih mendesak di dalam dirinya. Gadis itu, sosok misterius yang terus hadir dalam mimpi dan bayangannya, sekarang terasa lebih nyata daripada sebelumnya.

Malam-malam tanpa tidur mulai terasa berat, dan Nicholas tahu bahwa hanya ada satu cara untuk menghentikan semua ini: dia harus menemukan jawabannya, meskipun jawabannya mungkin menakutkan.

Malam itu, seperti biasa, Nicholas menutup matanya dengan perasaan was-was. Di antara kantuk yang berat, dia berharap bisa mendapatkan jawaban dari teka-teki yang terus menghantuinya.

Namun kali ini, bukannya ditarik ke rumah tua di atas bukit, Nicholas bermimpi dirinya berdiri di sebuah tempat yang berbeda.

Jalanan sunyi, hanya diterangi oleh lampu jalan yang buram. Udara malam dingin, namun ada kehangatan samar di kejauhan, seperti sesuatu yang familiar tapi asing. Ketika dia mulai melangkah, suara lantang memecah keheningan.

"Apa kau mencari jawaban?" Suara seorang lelaki tua terdengar dari sebuah rumah kecil di sudut jalan.

Nicholas merasa aneh, tapi dia mengikuti nalurinya dan berjalan ke arah sumber suara. Di depan rumah itu, berdiri seorang pria berusia lanjut dengan rambut putih yang berantakan. Wajahnya dipenuhi garis-garis kehidupan, seakan-akan dia telah menyaksikan banyak hal yang tidak bisa diceritakan.

"Aku tahu kenapa kau di sini," pria itu berbicara sebelum Nicholas sempat membuka mulut. "Kau ingin tahu tentang gadis itu, bukan?"

Kata-katanya menusuk Nicholas. "Siapa gadis itu? Kenapa dia selalu muncul dalam mimpiku?" tanya Nicholas, suaranya bergetar antara takut dan penasaran.

Pria tua itu mengangguk pelan, matanya dipenuhi dengan kesedihan. "Victoria. Dia dibunuh bertahun-tahun yang lalu. Di rumah itu, rumah yang selalu kau lihat. Tragis sekali, semua orang di kota ini tahu kisahnya. Namun tak pernah ada yang tahu kebenaran kisahnya."

Hati Nicholas berdetak lebih cepat. Nama itu, Victoria. Sekarang dia punya nama untuk gadis yang terus menghantuinya.

"Apa yang sebenarnya terjadi padanya?" tanyanya penuh desakan.

Pria itu menatap Nicholas dalam-dalam sebelum menghela napas panjang. "Kisahnya sudah lama terkubur, tapi luka dari kejadian itu masih terasa hingga sekarang. Victoria meninggal dengan cara yang tragis, dan sampai saat ini, misteri tentang kematiannya belum pernah terselesaikan. Dia sangat muda... terlalu muda untuk mati dengan cara seperti itu."

Nicholas merasakan jantungnya berdegup kencang, seakan-akan tubuhnya mencoba memberitahunya bahwa semua ini lebih dari sekadar mimpi. "Apakah ini sebabnya dia muncul dalam mimpiku? Dia ingin aku mencari tahu kebenarannya?"

Pria tua itu tidak langsung menjawab. Sebaliknya, dia memandang ke kejauhan, ke arah rumah yang Nicholas kenal dengan baik dari mimpinya.

"Tanpa cinta, tanpa kebenaran, tidak ada jalan untuk kembali. Kau tidak akan menemukan kedamaian dalam hidupmu sampai kau tahu apa yang terjadi padanya. Tapi ingat ini anak muda, jawaban yang kau cari mungkin bukan jawaban yang kau inginkan."

Kata-kata pria itu menambah beban di hati Nicholas. Dia tidak tahu harus mulai dari mana, tapi satu hal yang jelas dia tidak bisa mundur sekarang.

"Apa kau tahu siapa yang membunuhnya?" Nicholas bertanya dengan penuh harap, tetapi pria tua itu hanya menggeleng pelan.

"Aku tidak bisa memberimu semua jawaban," katanya dengan suara parau. "Tapi kau akan menemukan kebenarannya. Lambat laun semuanya akan terungkap. Tapi ingat, perjalanan ini adalah perjalananmu sendiri. Aku hanya bisa membawamu sejauh ini. Selebihnya... kau harus menemukannya sendiri."

Pria itu kemudian berbalik dan berjalan menjauh, meninggalkan Nicholas yang masih berdiri terpaku di depan rumah. Angin bertiup pelan, membawa serta serpihan-serpihan memori yang mulai terasa lebih jelas bagi Nicholas. Victoria, gadis itu ingin sesuatu dari Nicholas, ingin agar dia menyelesaikan cerita yang belum selesai.

"Ini belum berakhir," gumam Nicholas pelan pada dirinya sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun