Nicholas tidak pernah menceritakan ini kepada siapa pun. Setiap malam, ketika dunia mulai tenang, dia tahu bahwa saatnya akan tiba lagi. Saat tidur ia selalu mengalami mimpi yang intens. Walau matanya tertutup, tapi entah bagaimana, dia bisa melihat lebih jelas daripada ketika terjaga.
Ia bermimpi tentang sebuah rumah di atas bukit, yang terasa begitu familiar. Setiap langkah menuju pintu depan terasa seperti deja vu yang aneh---padahal dia tidak pernah benar-benar berada di sana.
Nicholas berusaha menepis pikiran itu. Namun semakin dia mencoba melupakan, semakin kuat dorongan untuk kembali ke sana.
Malam ini, seperti malam-malam sebelumnya, dia berada di depan rumah itu lagi. Udara di sekitarnya terasa dingin menusuk tulang.
Langkahnya ragu-ragu saat mendekati pintu kayu tua yang terbuka sedikit, seakan-akan mengundangnya masuk. Dia melihat tangga di dalam mengarah ke lantai atas. Ada sesuatu di sana. Dia tidak tahu apa, tapi dia merasakan tarikan kuat yang memaksanya naik.
Langkah pertama di tangga itu terdengar sangat jelas, seakan-akan rumah ini telah menunggu lama untuk kedatangannya. Semakin dia naik, semakin dingin udara terasa, dan perasaan cemas mulai menguasainya. Tetapi keingintahuan yang sama besarnya membuat kakinya terus melangkah. Sampai dia tiba di depan sebuah pintu.
Di balik pintu itu, dia melihat seorang gadis dengan wajah yang mulai semakin jelas. Rambutnya kecokelatan, wajahnya pucat seakan-akan sudah terlalu lama tidak melihat cahaya matahari.
Dan matanya... mata gadis itu selalu memandang Nicholas dengan cara yang aneh, seperti ada sesuatu yang ingin dikatakan, tapi tidak pernah terucapkan.
"Siapa kamu?" Nicholas bertanya pelan.
Gadis itu tidak menjawab. Hanya ada keheningan, hening yang membuat Nicholas semakin gelisah. Dia merasa seperti ada sesuatu yang mendesak dari dalam dirinya, sebuah cerita yang belum pernah diceritakan, tapi siap untuk keluar kapan saja.
Setiap malam, mimpinya selalu berakhir di tempat yang sama. Gadis itu hanya berdiri di depan cermin besar, memandang Nicholas dengan tatapan yang penuh arti, tapi tetap diam. Seolah-olah ada misteri yang harus dipecahkan, tetapi Nicholas tidak pernah tahu dari mana harus memulai.
Malam ini berbeda. Ketika Nicholas menatap ke cermin yang sama, bayangannya bukan hanya gadis itu. Kali ini, ada bayangan dirinya di sana, seakan-akan mereka adalah dua potongan dari satu jiwa. Sekilas dia melihat gadis itu tersenyum, senyum tipis yang samar tapi penuh dengan rasa sakit.
"Apa yang terjadi padamu?" bisik Nicholas, meskipun dia tahu gadis itu tidak akan menjawab.
Namun kali ini sesuatu yang berbeda terjadi. Cermin di hadapannya bergetar, retak kecil mulai muncul dari sisi kiri, kemudian menjalar ke seluruh cermin dan prangggg.... cermin itu hancur.
Nicholas pun terbangun dengan napas tersengal-sengal, tubuhnya berkeringat dingin. Dia kembali ke dunia nyata, ke tempat tidurnya. Tapi perasaan aneh itu tidak hilang. Rumah itu, tangga itu, gadis itu---semuanya masih terasa begitu nyata di dalam pikirannya.
Dan kini, ada satu hal yang lebih menakutkan. Malam itu, ketika dia terbangun, dia melihat sesuatu di sudut matanya. Sebuah bayangan, hanya sekejap tapi cukup jelas. Gadis itu. Dia ada di sini, di dunianya.
Nicholas tahu mimpi ini bukan sekadar mimpi. Ada sesuatu yang menghubungkan mereka. Gadis itu bukan hanya bayangan dalam mimpinya. Dia nyata. Nicholas harus mencari tahu kenapa gadis itu terus menghantuinya.
Apa yang sebenarnya terjadi, apa yang ingin disampaikan gadis itu? Dan yang paling penting, kenapa Nicholas merasa seperti ada bagian dari dirinya yang sudah lama hilang, terkunci dalam dunia yang bukan miliknya?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI