Nicholas tidak pernah menceritakan ini kepada siapa pun. Setiap malam, ketika dunia mulai tenang, dia tahu bahwa saatnya akan tiba lagi. Saat tidur ia selalu mengalami mimpi yang intens. Walau matanya tertutup, tapi entah bagaimana, dia bisa melihat lebih jelas daripada ketika terjaga.
Ia bermimpi tentang sebuah rumah di atas bukit, yang terasa begitu familiar. Setiap langkah menuju pintu depan terasa seperti deja vu yang aneh---padahal dia tidak pernah benar-benar berada di sana.
Nicholas berusaha menepis pikiran itu. Namun semakin dia mencoba melupakan, semakin kuat dorongan untuk kembali ke sana.
Malam ini, seperti malam-malam sebelumnya, dia berada di depan rumah itu lagi. Udara di sekitarnya terasa dingin menusuk tulang.
Langkahnya ragu-ragu saat mendekati pintu kayu tua yang terbuka sedikit, seakan-akan mengundangnya masuk. Dia melihat tangga di dalam mengarah ke lantai atas. Ada sesuatu di sana. Dia tidak tahu apa, tapi dia merasakan tarikan kuat yang memaksanya naik.
Langkah pertama di tangga itu terdengar sangat jelas, seakan-akan rumah ini telah menunggu lama untuk kedatangannya. Semakin dia naik, semakin dingin udara terasa, dan perasaan cemas mulai menguasainya. Tetapi keingintahuan yang sama besarnya membuat kakinya terus melangkah. Sampai dia tiba di depan sebuah pintu.
Di balik pintu itu, dia melihat seorang gadis dengan wajah yang mulai semakin jelas. Rambutnya kecokelatan, wajahnya pucat seakan-akan sudah terlalu lama tidak melihat cahaya matahari.
Dan matanya... mata gadis itu selalu memandang Nicholas dengan cara yang aneh, seperti ada sesuatu yang ingin dikatakan, tapi tidak pernah terucapkan.
"Siapa kamu?" Nicholas bertanya pelan.
Gadis itu tidak menjawab. Hanya ada keheningan, hening yang membuat Nicholas semakin gelisah. Dia merasa seperti ada sesuatu yang mendesak dari dalam dirinya, sebuah cerita yang belum pernah diceritakan, tapi siap untuk keluar kapan saja.