Mohon tunggu...
Rully Novrianto
Rully Novrianto Mohon Tunggu... Lainnya - A Man (XY) and A Mind Besides Itself

Kunjungi juga blog pribadi saya di www.rullyn.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memahami Fenomena Thirst Trap di Media Sosial

23 Agustus 2024   12:00 Diperbarui: 23 Agustus 2024   12:33 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Anna Shvets: www.pexels.com

Seiring berjalannya waktu, fenomena "thirst trap" semakin marak di dunia maya. Kamu mungkin sering mendengar istilah ini atau bahkan tanpa sadar pernah terlibat dalam tren ini.

Apa Itu Thirst Trap?

Ini adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan foto atau video yang diunggah seseorang, dengan tujuan utama untuk menarik perhatian secara seksual. Biasanya, konten ini menampilkan bagian tubuh tertentu atau pose yang dianggap menggoda.

Ini bukan sekadar selfie biasa atau foto liburan yang ingin kamu bagikan kepada teman-teman. Thirst trap bertujuan untuk menggoda, memancing komentar, likes hingga subscribe, dan pastinya pujian.

Kenapa Orang Melakukan Thirst Trap?

Kamu mungkin bertanya, "Kok ada orang yang melakukan itu?" Jawabannya sederhana, karena mereka bisa.

Tapi apakah itu salah? Ini pertanyaan yang sulit dijawab. Beberapa orang mungkin menganggapnya sebagai bentuk ekspresi diri, sementara yang lain mungkin melihatnya sebagai upaya mencari validasi dari orang lain.

Jika kamu mengira saya memberikan jawaban pasti tentang apakah thirst trap itu baik atau buruk, saya memilih untuk netral. Saya tidak sepenuhnya setuju, tapi saya juga tidak sepenuhnya menolak.

Setiap orang bebas mengunggah konten apapun yang mereka suka. Itu bukan urusan saya. Saya bukan polisi media sosial. Kalian pun tidak akan sanggup atau punya waktu memberikan dislikes atau melaporkan semua konten thirst trap. 

Tapi di sisi lain thirst trap ini membuat dunia media sosial jadi tidak adil. Cuma modal good looking saja, follower-nya meroket.

Thirst Trap Bukan Hal Baru

Mari kita cermati sejenak. Thirst trap bukanlah hal baru. Pernah dengar ungkapan "sex sells?"

Sebelum era media sosial, orang-orang telah menemukan cara untuk menunjukkan sisi sensual mereka. Hanya saja sekarang, caranya jauh lebih mudah dan cepat dengan jangkauan yang lebih luas.

Kita hidup di zaman di mana perhatian adalah mata uang. Makin banyak perhatian yang kamu dapatkan, makin besar pengaruh kamu di dunia maya.

Ini bukan tentang benar atau salah, ini tentang bagaimana dunia bekerja saat ini. Jadi, jika seseorang merasa perlu mengunggah thirst trap untuk mendapatkan sedikit validasi, apa salahnya? Setiap orang punya alasan masing-masing.

Mungkin ada yang melakukannya karena percaya diri dan bangga dengan tubuh mereka. Mungkin juga ada yang hanya ingin melihat seberapa banyak like yang bisa mereka kumpulkan dalam waktu singkat. Atau mungkin, hanya sekadar ingin bersenang-senang.

Sekali lagi, tidak ada yang salah dengan itu selama mereka melakukannya dengan sadar dan bertanggung jawab.

Apakah Thirst Trap Harus Dikecam?

Sejujurnya, saya tidak peduli. Dunia ini sudah cukup rumit dengan segala drama dan permasalahan serius. Jadi jika ada orang yang ingin menghibur diri dengan mengunggah thirst trap, biarkan saja. Kita tidak harus selalu terlibat dalam setiap tren atau fenomena yang terjadi di media sosial.

Namun penting untuk diingat, bahwa apa yang diunggah di Internet memiliki konsekuensi. Kamu mungkin mendapatkan pujian, tetapi jangan kaget jika ada kritik atau komentar negatif yang muncul. Media sosial adalah pedang bermata dua, bisa mengangkat tetapi juga bisa menjatuhkan.

Pelajaran dari Internet

Internet adalah hutan belantara yang penuh dengan segala macam konten, dari yang menginspirasi hingga yang paling absurd. Thirst trap hanyalah salah satu pohon kecil dari hutan belantara itu. Jadi apa yang bisa kita pelajari dari fenomena ini?

Pertama, internet adalah cerminan dari masyarakat. Jika thirst trap populer, mungkin karena ada permintaan untuk konten seperti itu. Dan jika ada permintaan, maka pasti ada yang menyediakannya. Hukum supply and demand pun berlaku.

Kedua, kita perlu memahami bahwa setiap orang memiliki cara masing-masing dalam mengekspresikan diri. Beberapa mungkin memilih jalan yang lebih konservatif, sementara yang lain lebih terbuka dan ekspresif.

Ketiga dan yang paling penting, kita harus belajar untuk tidak terlalu serius menanggapi hal-hal yang ada di Internet. Ada hal-hal yang jauh lebih penting dalam hidup ini, membela keputusan MK misalnya, daripada berdebat tentang apakah thirst trap itu baik atau buruk.

Pada akhirnya, hidup ini terlalu singkat untuk dihabiskan dengan menghakimi pilihan orang lain, terutama ketika menyangkut hal-hal yang sebenarnya tidak merugikan siapa pun. Setiap orang punya hak untuk memilih bagaimana mereka ingin mengekspresikan diri.

Saya mungkin tidak akan menjadi penggemar thirst trap, tapi saya juga tidak akan menjadi pembencinya. Hidup saya sudah cukup rumit tanpa harus menambah drama yang tidak perlu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun