Mohon tunggu...
Rully Novrianto
Rully Novrianto Mohon Tunggu... Lainnya - A Man (XY) and A Mind Besides Itself

Kunjungi juga blog pribadi saya di www.rullyn.net

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menyatu dengan Hujan dan Kesunyian

19 Agustus 2024   16:33 Diperbarui: 19 Agustus 2024   16:37 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
instagram.com/virtualverseai/

Ada momen di mana aku hanya ingin diam. Bukan karena ada yang salah, bukan pula karena aku sedang marah atau sedih. Aku hanya ingin menyatu dengan kesunyian, menatap rintik hujan yang jatuh di atas aspal basah, membiarkan pikiran melayang tanpa arah.

Di halte ini, aku duduk sendirian. Langit perlahan berubah menjadi kelam, mendung bergelayut di atas sana. Hujan mulai turun dengan ritmenya yang menenangkan, menyelimuti suasana sore yang semakin meredup.

Angin membawa aroma tanah basah yang begitu khas, menyusup ke dalam paru-paruku, mengingatkanku pada sesuatu yang tak terucapkan.

Orang-orang sering bertanya, "Kenapa kamu diam saja?" Seakan diam adalah tanda bahwa ada yang salah. Padahal bagiku diam adalah caraku menikmati hidup.

Dalam diam, aku bisa mendengar suara-suara yang biasanya tenggelam oleh kebisingan dunia. Suara hujan yang menari di atas daun, suara gemerisik angin yang membelai pepohonan, bahkan suara hatiku sendiri yang sering kali terabaikan.

Saat hujan seperti ini, semua menjadi lebih jelas. Aku bisa melihat setiap detail kecil yang sering terlewatkan. Daun-daun yang terjatuh di trotoar, genangan air yang memantulkan lampu jalan, dan tetesan hujan yang membentuk pola acak di kaca halte. Semuanya seperti lukisan hidup yang penuh dengan cerita.

Aku duduk di bangku kayu yang dingin, tangan terkepal di dalam saku jaket, mencoba merasakan kehangatan dari diri sendiri.

Di kejauhan, suara roda kereta yang beradu dengan rel terdengar samar-samar. Di sinilah aku menemukan kedamaian, di antara hujan yang turun dan angin yang menderu.

Tak perlu kata-kata, tak perlu ada yang dijelaskan. Aku hanya ingin tenggelam dalam suasana ini, membiarkan pikiranku melayang seperti daun yang terbawa angin.

Setiap orang punya cara mereka sendiri untuk mencari ketenangan. Bagiku, ini adalah caraku. Duduk sendirian di halte yang sepi, ditemani hujan dan bayangan senja yang mulai pudar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun