Mohon tunggu...
Rully Novrianto
Rully Novrianto Mohon Tunggu... Lainnya - A Man (XY) and A Mind Besides Itself

Kunjungi juga blog pribadi saya di www.rullyn.net

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hidup Tanpa Smartphone Hanya untuk Orang Kaya Raya dan Orang di Pedalaman

12 Agustus 2024   11:14 Diperbarui: 12 Agustus 2024   11:41 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau ada orang yang tinggal di kota dan bilang dia bisa hidup tanpa menggunakan smartphone, saya tidak percaya sama sekali. Pada satu titik pasti dia akan menggunakan smartphone. Sebab zaman sekarang ponsel bukan lagi sekadar alat komunikasi, tapi juga sebagai alat bantu dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Dulu, ponsel cuma bisa menelepon dan SMS. Sekarang? Segala macam bisa dilakukan. Belanja, transfer uang, belajar, hiburan, bahkan cari jodoh! Sudah kayak Swiss Army Knife-nya kehidupan modern.

Menurut saya, ada dua kelompok manusia yang bisa hidup dengan santai tanpa smartphone. Mereka adalah orang kaya raya, dan mereka yang tinggal di pedalaman.

Orang-orang yang Tidak Butuh Smartphone

Oke, kita mulai dengan orang kaya raya. Dalam sebuah wawancara yang bisa dilihat di YouTube, Warren Buffett sang biliuner dan salah satu manusia terkaya di muka bumi ini, menunjukkan ponsel yang dipakainya sehari-hari. Bukan sebuah smartphone melainkan sebuah flip phone jadul. Kok bisa?

Jawabannya sederhana. Dia punya asisten pribadi dan akses ke semua kemewahan dan kemudahan yang bisa dibeli dengan uang. Buat dia, smartphone mungkin hanya sekadar aksesori tambahan.

Kalau butuh apa-apa, tinggal suruh saja asistennya. "Saya mau bicara dengan Pak Joko, hubungi dia". "Saya mau ke rumah Pak Budi, antarkan saya." Sopirnya pun dengan sigap mengantarkannya. Si orang kaya ini tinggal duduk santai tanpa harus buka Google Maps.

Bagaimana dengan orang yang tinggal di pedalaman? Mereka hidup dengan tenang, jauh dari hiruk-pikuk notifikasi dan pesan spam. Buat mereka, hidup tanpa smartphone adalah sesuatu yang alami. Siapa juga yang mau ngecek Instagram kalau nggak ada sinyal?

Realita Jika Tidak Menggunakan Smartphone

Sekarang coba bayangkan orang-orang yang hidup di perkotaan, bukan orang kaya raya, tapi tidak menggunakan smartphone. Bagaimana caranya? Mustahil. Mencari jalan tanpa Google Maps, siapa yang masih pakai peta kertas? Harus antre di bank untuk transfer uang? Buang-buang waktu.

Mau tidak mau, suka tidak suka, smartphone sudah menjadi bagian integral dari kehidupan kita. Mulai dari kerja, hiburan, hingga komunikasi, semuanya terhubung melalui layar kecil itu.

Tanpa smartphone, hidup kita mungkin akan berubah drastis, dan bisa jadi tidak nyaman. Kita jadi kembali ke zaman pra-smartphone, di mana semuanya harus dilakukan secara manual.

Antara Kenyamanan dan Ketergantungan

Namun ada juga sisi gelap dari ketergantungan pada smartphone. Ketika semua bisa dilakukan dengan mudah lewat aplikasi, kita cenderung lupa bagaimana caranya bersabar, atau menikmati momen tanpa tergesa-gesa. Kita juga jadi kehilangan kemampuan untuk benar-benar hadir di kehidupan nyata, karena selalu tergoda untuk memeriksa layar.

Mungkin ini alasan kenapa hanya orang kaya raya dan orang yang tinggal di pedalaman yang bisa hidup tanpa smartphone. Mereka punya kebebasan yang kita, manusia biasa, hanya bisa impikan. Kebebasan dari tuntutan dunia digital yang terus mendesak kita untuk selalu online, selalu update, dan selalu terhubung.

Hidup di Antara Dua Dunia

Smartphone harus jadi alat untuk mempermudah hidup, bukan dikendalikan olehnya. Kuncinya adalah menemukan keseimbangan. Menggunakan smartphone dengan bijak, bukan sebagai pelarian tapi sebagai alat yang membantu kita menjalani hidup dengan lebih mudah.

Kalau memang terasa terganggu dengan toxic-nya dunia media sosial atau beragam berita negatif di Internet, ya jangan install aplikasi media sosial atau browser. Matikan semua setting notifikasi. Smartphone-nya masih bisa digunakan untuk keperluan lain yang bermanfaat. Misalnya untuk fotografi, mendengar musik, hingga video call dengan orang yang dikangeni.

Jadi apakah kamu termasuk yang bisa hidup tanpa smartphone? Kalau kamu punya rekening bank isinya lebih dari 12 digit atau tinggal di pedalaman tanpa listrik, mungkin jawabannya ya.

Tapi untuk kita yang terjebak di kota dengan segudang aktivitas, smartphone adalah teman setia yang sulit dilepaskan. Kalau sudah begini, yang penting adalah menjaga agar kita yang mengendalikan smartphone, bukan sebaliknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun