Berbicara tentang pertarungan MMA (Mixed Martial Arts) atau olahraga bela diri campuran, pasti langsung terbayang aksi pertarungan brutal yang memacu adrenalin. Memang benar sih. Di awal kemunculannya, turnamen MMA sempat dilarang di berbagai negara karena dianggap seperti sabung ayam versi manusia.
Konsepnya? Mengadu para petarung dari berbagai aliran beladiri untuk baku hantam tanpa banyak aturan. Nggak heran kalau pertarungannya cenderung brutal dan penuh kontroversi. Saya sendiri merasa ngeri jika menyaksikan UFC versi dulu.
UFC (Ultimate Fighting Championship) sebagai promotor MMA terpopuler, juga sempat mendapat penolakan karena minimnya aturan yang membuat keamanan para petarung jadi taruhan. Cedera parah dan KO mengerikan jadi pemandangan lumrah.
Wajar saja kalau banyak pihak yang ngeri dan melarang UFC saat itu. Bahkan negara bagian New York baru melegalkan pertandingan MMA pada 2016.
UFC pertama kali digelar tahun 1993. Karena UFC di awal-awal itu beda banget dengan UFC yang kita tonton sekarang, mari kita bandingkan beberapa peraturan resmi UFC dari masa awal hingga versi modern. Siap-siap untuk terkejut!
Berantem Bebas ala Gladiator Modern
- Tidak ada kategori kelas
Bayangkan seorang dengan bobot 100 kilogram melawan seorang dengan bobot 70 kilogram. Di UFC versi awal, tidak ada kategori kelas. Jadi siapa saja bisa bertarung melawan siapa saja. Sungguh menegangkan sekaligus mengerikan, bukan?
- Minim aturan
Saat itu aturannya cuma dua: tidak boleh menggigit dan tidak boleh mencolok mata. Lainnya bebas, hampir semua teknik diperbolehkan, termasuk menendang kepala lawan yang sedang terbaring dan memukul area kemaluan. Kalau kamu berpikir itu terdengar brutal, kamu tidak salah!
- Tidak ada waktu dan ronde
Pertarungan berlangsung tanpa batas waktu dan tidak ada ronde. Mereka bertarung sampai ada pemenang yang jelas, entah itu melalui KO, submission, atau dari timnya ada yang melempar handuk tanda menyerah. Ingat, wasit tidak boleh mengintervensi (kecuali ada peraturan yang dilanggar), dan tidak ada juri yang menilai. Jadi tidak ada yang namanya menang angka.
- Sistem eliminasi
Dalam satu seri turnamen akan ada delapan petarung yang bertanding di hari yang sama sampai ada pemenangnya. Jadi seorang petarung bisa bertarung sampai empat kali dalam satu hari untuk jadi pemenang seri tersebut.
UFC Versi Modern Lebih Teratur
- Kategori kelas yang jelas
Sekarang, UFC memiliki berbagai kategori kelas mulai dari Flyweight hingga Heavyweight. Ini memastikan bahwa setiap petarung menghadapi lawan dengan ukuran dan berat yang seimbang, membuat pertarungan lebih adil dan kompetitif.
- Peraturan yang ketat
Peraturan modern UFC jauh lebih rinci. Selain larangan menggigit dan mencolok mata, sekarang ada banyak teknik yang dilarang. Contohnya memukul bagian belakang kepala atau tenggorokan, menyerang area kemaluan, dan menendang kepala lawan yang sudah terjatuh, itu semuanya dilarang. Ini semua demi menjaga keselamatan petarung.
- Ronde dan waktu yang dibatasi
Setiap pertarungan dibagi menjadi durasi lima menit per ronde dan satu menit istirahat di antaranya. Pertarungan non-gelar terdiri dari tiga ronde, sementara perebutan gelar mencapai lima ronde. Seusai bertarung, si petarung baru akan bertanding lagi dalam beberapa bulan atau bahkan setahun kemudian. Ini membantu mencegah kelelahan berlebihan dan cedera serius pada petarung.
Peran wasit sebagai pengadil juga lebih tegas. Mereka bisa menghentikan pertandingan kalau petarung terlihat tidak bisa lagi melanjutkan pertarungan. Alhasil, duel di oktagon (arena pertandingan UFC) jadi lebih fair dan tidak barbar seperti dulu lagi.
Kenapa Perubahan Ini Penting?
Dengan peraturan yang lebih ketat dan struktur yang jelas, UFC berhasil menciptakan lingkungan yang lebih profesional dan menghormati keselamatan petarung.
Meski penuh kontroversi, UFC terus berbenah. Aturan demi keamanan petarung pun perlahan-lahan ditambah. Walau aturannya sekarang ketat, bukan berarti UFC jadi membosankan. Evolusi peraturan justru bikin kompetisi jadi lebih seru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H