Mohon tunggu...
Rully Novrianto
Rully Novrianto Mohon Tunggu... Lainnya - A Mind Besides Itself

Kunjungi juga blog pribadi saya di www.rullyn.net

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Pendiri Startup Hengkang Ibarat Nakhoda yang Meninggalkan Kapalnya Sendiri

20 Juni 2024   11:53 Diperbarui: 20 Juni 2024   12:08 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia startup Indonesia lagi ramai. Bukan soal pendanaan fantastis atau inovasi terbaru, melainkan hengkangnya para pendiri dari perusahaan yang mereka bangun sendiri. Jujurly, saya juga ikutan penasaran. Kok bisa ya, para nakhoda ini meninggalkan kapalnya sendiri?

Saya coba bahas alasan potensial kenapa para pendiri startup Indonesia memilih hengkang, dan dampaknya terhadap ekosistem startup Tanah Air.

Dari Mimpi Besar Menuju Realita yang Keras

Membangun startup itu ibarat lari marathon, bukan sprint. Butuh stamina, visi jangka panjang, dan kemampuan beradaptasi di tengah perubahan. Para pendiri biasanya punya mimpi besar untuk mengubah dunia lewat ide mereka. Di tahap awal, semangat dan passion mereka inilah yang jadi bahan bakar utama.

Namun seiring berjalannya waktu, startup harus menghadapi realita bisnis yang kadang pahit. Investor mulai menekan agar perusahaan cepat cuan. Struktur organisasi pun jadi lebih kompleks, jauh dari kultur startup yang serba dinamis dan fleksibel di awal.

Belum lagi persaingan yang ketat dan kondisi ekonomi yang bisa berubah drastis. Nggak heran kalau mimpi awal para pendiri bisa terbentur oleh realita bisnis yang keras.

Mencari Tantangan Baru atau Kapok?


Nah, di titik inilah para pendiri bisa memilih beberapa jalan. Ada yang memilih untuk terus berjuang di dalam perusahaan, meski dengan dinamika baru. Namun, ada juga yang memutuskan hengkang dan mencari tantangan baru.

Alasannya bisa beragam:

  • Ingin kembali ke akar: Para pendiri yang hengkang mungkin kangen kultur startup yang lincah dan penuh inovasi. Mereka rindu bisa ngotak-ngatik lagi untuk mengembangkan ide-ide baru.
  • Menuju babak baru: Hengkang dari startup bisa jadi batu loncatan untuk para pendiri merintis usaha baru. Dengan pengalaman yang sudah dimiliki, mereka bisa lebih siap menghadapi tantangan.
  • Capek mental: Dinamika bisnis yang penuh tekanan bisa menguras energi dan mental para pendiri. Hengkang bisa jadi pilihan untuk 'mengisi ulang' dan mencari keseimbangan hidup yang lebih baik.

Dampak Hengkangnya Sang Pendiri

Hengkangnya para pendiri tentunya tidak bisa dipandang sebelah mata. Mereka adalah sosok visioner yang punya peran krusial dalam menentukan arah perusahaan. Kepergian mereka mungkin tidak langsung berdampak negatif, tapi potensi kerugian tetap ada.

Perusahaan bisa kehilangan arah dan gagal mempertahankan core value yang sudah dibangun sejak awal. Investor pun mungkin jadi kurang percaya diri dengan masa depan perusahaan. Belum lagi dampak psikologis karyawan yang bisa merasa gamang dengan kepergian sang pemimpin.

Haruskah Kita Khawatir?

Eits, jangan langsung pesimis dulu! Hengkangnya para pendiri bukan berarti kiamat buat startup. Justru, hal ini bisa jadi tanda bahwa ekosistem startup Indonesia sedang berkembang.

Para pendiri yang hengkang bisa bertransformasi jadi angel investor yang mendanai startup baru. Pengalaman mereka yang berharga bisa membantu generasi startup berikutnya untuk lebih siap menghadapi tantangan.

Intinya: Regenerasi dan Adaptasi

Dunia startup memang dinamis. Hengkangnya para pendiri bisa jadi hal yang lumrah. Namun, yang penting diingat adalah regenerasi dan adaptasi. Startup harus terus berinovasi dan menyesuaikan strateginya agar bisa berkembang meski sang pendiri sudah hengkang.

Buat kamu yang lagi membangun startup, jangan patah semangat! Ketahuilah, perjalananmu tidak sendirian. Tetaplah fokus pada visi awal dan teruslah beradaptasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun