Bagi penikmat musik metal, pasti setidaknya sudah pernah dengar salah satu subgenre-nya yakni metal progresif. Genre ini terkenal dengan durasi lagunya yang panjang. Jika lagu pada umumnya berdurasi 3-5 menit, di metal progresif itu baru intronya saja.
Di balik panjangnya durasi itu, biasanya ada cerita panjang yang mereka olah menjadi musik. Ya, inilah yang dikenal dengan istilah album konsep, bukan konsep album ya.
Saat mendengar sebuah album konsep, bayangkan seperti menonton film tetapi melalui lagu. Setiap lagu dalam album memiliki benang merah yang saling berkaitan, membentuk sebuah cerita utuh. Makanya, saat mendengar sebuah album konsep dianjurkan untuk tidak lompat-lompat track.
Di ranah metal progresif, album konsep ini justru menjadi salah satu ciri khas yang membuat genre ini spesial. Saya berikan beberapa contoh album metal keren yang menggunakan konsep ini. Dream Theater dalam album mereka yang berjudul "Scenes from a Memory", bercerita tentang seorang pria yang terus mengalami mimpi dan kilas balik dari kehidupan dan era yang berbeda. Dia menjalani terapi dan menemukan bahwa di kehidupan lampaunya, dia adalah seorang wanita bernama Victoria, yang dibunuh pada tahun 1928.Â
Album konsep lain yang juga jadi favorit saya adalah "A Gentleman's Hurricane" dari Mind's Eye. Ini adalah album konsep yang menceritakan tentang seorang pembunuh yang bergulat dengan rasa bersalahnya yang terus bertambah. Pembunuh tersebut mencari pencerahan di sebuah tempat ibadah, mencoba untuk berdamai dengan tindakannya dan kekacauan di dalam pikirannya sendiri.
Namun album konsep tidak harus selalu tentang cerita yang 'berat'. Band asal Amerika Serikat, Mastodon, punya sebuah album konsep bertema fiksi ilmiah. Album mereka yang berjudul "Leviathan" terinspirasi dari novel "Moby Dick" karya Herman Melville. Musiknya menjadi penggambaran pertarungan epik antara manusia dan paus putih raksasa. Hentakan drum menjadi detak jantung saat ketakutan, riff gitar menjadi suara amarah sang monster, dan jeritan vokal menjadi teriakan putus asa sang pelaut.
Album konsep bukan monopoli metal progresifÂ
Ada anggapan bahwa album konsep itu hanya milik metal progresif atau rock. Santai dulu! Dunia musik itu luas, dan album konsep bisa hadir di berbagai genre tanpa perlu memiliki durasi panjang.
Beyonc pernah merilis masterpiece berjudul "Lemonade", yang bercerita tentang perjalanan cinta yang rumit. Dengan musik pop yang catchy dan lirik yang jujur, "Lemonade" membuktikan bahwa album konsep bisa sangat menyentuh hati penggemar pop.
Genre lain yang jago dalam album konsep adalah hip-hop. Rapper Kendrick Lamar dengan album "good kid, m.A.A.d city", bercerita tentang kisah K.Dot, seorang remaja di Compton yang berjuang melawan kedewasaan dan kekerasan geng saat ia bertransisi menjadi Kendrick Lamar yang kita kenal saat ini.
Ini menjadi bukti bahwa album konsep bisa menyampaikan pesan sosial yang kompleks tanpa harus terjebak dalam sebuah genre saja.
Nah, sudah pada mengerti kan? Album konsep bisa dimanfaatkan untuk menyampaikan cerita yang utuh dan bermakna. Para musisi yang memiliki album konsep tidak hanya mahir dalam bermusik, tetapi juga piawai dalam bercerita. Melalui jalinan melodi dan lirik, mereka mengajak pendengarnya untuk larut dalam perjalanan musikal yang penuh emosi dan imajinasi.
Jadi buat kamu yang menyukai musik "berisi", cobalah untuk memahami liriknya, urutan lagunya, suasana dalam setiap lagu, dan kemasan keseluruhannya. Jangan hanya mendengarkan hentakannya saja, nikmati kisah yang mereka coba sampaikan. Kamu akan menemukan pengalaman mendengarkan musik yang jauh lebih kaya dan memuaskan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H