Mohon tunggu...
Rully Novrianto
Rully Novrianto Mohon Tunggu... Lainnya - A Man (XY) and A Mind Besides Itself

Kunjungi juga blog pribadi saya di www.rullyn.net

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Melodi Persahabatan di Atas Rel

8 April 2024   14:24 Diperbarui: 8 April 2024   14:29 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di sebuah kota kecil yang sunyi, ada seorang kakek tua bernama Pak Budi. Dia tinggal sendirian di sebuah rumah mungil yang terletak tepat di samping rel kereta. Kereta yang lewat di depan rumahnya itu adalah satu-satunya hal menarik yang terjadi di kota itu. Setiap hari, Pak Budi duduk di terasnya, melambaikan tangan ke arah masinis kereta yang lewat.

Suatu hari, kereta berhenti di depan rumah Pak Budi. Masinis, yang biasanya hanya melambaikan tangan kembali pada Pak Budi, turun dari kereta dan berjalan ke arah teras Pak Budi.

"Maaf mengganggu ya, Pak," kata masinis itu. "Nama saya Anto. Kereta saya mogok, dan saya sedang menunggu teknisi datang untuk memperbaikinya. Bolehkah saya menunggu di teras Anda sampai mereka tiba?"

Pak Budi tersenyum ramah. "Tentu saja, Pak Anto. Silakan duduk."

Pak Budi dan Pak Anto mengobrol selama hampir setengah jam. Pak Anto bercerita tentang perjalanannya sebagai masinis, tempat-tempat yang pernah dikunjunginya, dan orang-orang yang pernah ditemui. Pak Budi mendengarkan dengan antusias, sesekali memotong dengan cerita tentang kehidupan di kota kecil mereka.

generated by DALL-E 3
generated by DALL-E 3

Seiring waktu berlalu, persahabatan yang unik terjalin antara Pak Budi dan Pak Anto. Setiap kali ada kesempatan, dia akan selalu mampir untuk mengobrol dengan Pak Budi. Mereka akan berbicara tentang kehidupan mereka, berbagi cerita, dan tertawa bersama.

Suatu hari, Pak Anto datang ke rumah Pak Budi dengan ekspresi sedih di wajahnya. "Pak Budi," katanya pelan, "Saya akan pensiun minggu depan."

Pak Budi terkejut. "Pensiun? Tapi, Pak Anto masih terlihat sehat dan kuat."

Pak Anto tersenyum lemah. "Saya sudah menjadi masinis selama 30 tahun. Sudah waktunya bagi saya untuk menyerahkan pekerjaan saya kepada orang lain."

Pak Budi merasa sedih mendengar kabar tersebut. Pak Anto telah menjadi teman baiknya, dan dia akan merindukan percakapan mereka sehari-hari.

Minggu berikutnya, kereta Pak Anto berhenti untuk terakhir kalinya di depan rumah Pak Budi. Pak Anto turun dari kereta dan berjalan menuju teras sambil menggendong tas di bahunya.

Pak Anto memberi Pak Budi sebuah kotak kecil. Pak Budi membukanya dan melihat ada sebuah model kereta di dalamnya.

generated by DALL-E 3
generated by DALL-E 3

Pak Budi berdiri dan memeluk Pak Anto. "Selamat menikmati masa pensiun sahabatku," katanya. "Saya akan sangat merindukan obrolan kita."

Pak Anto memeluk Pak Budi kembali. "Sama pak. Tapi jangan khawatir, saya akan sering berkunjung."

Pak Budi sangat tersentuh oleh hadiah itu. Dia menyimpannya dengan hati-hati dan setiap kali dia merasa sedih, dia akan melihat model kereta itu dan memikirkan teman baiknya, Pak Anto.

Pak Anto menepati janjinya. Dia sering mengunjungi Pak Budi di rumahnya. Mereka akan duduk di teras dan berbicara tentang harapan dan impian mereka untuk masa depan.

Persahabatan Pak Budi dan Pak Anto menunjukkan bahwa persahabatan dapat terjalin di tempat yang tidak terduga. Terkadang, semua yang dibutuhkan hanyalah senyuman ramah dan kemauan untuk mengobrol dengan orang asing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun