Mohon tunggu...
Rully Novrianto
Rully Novrianto Mohon Tunggu... Lainnya - A Man (XY) and A Mind Besides Itself

Kunjungi juga blog pribadi saya di www.rullyn.net

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Es Dibakar dan Kerikil Ditumis

13 Maret 2024   11:26 Diperbarui: 13 Maret 2024   11:29 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tren kuliner bisa datang dari mana saja, terkadang menggoda selera, terkadang membuat kita mengernyitkan dahi. Nah, beberapa waktu yang lalu dunia maya dihebohkan dengan dua tren makanan yang datangnya dari China: es batu bakar dan tumis kerikil.

Sebagai penggemar berat segala hal yang berhubungan dengan makanan, izinkan saya, Rully, untuk berbagi opini jujur (dan mungkin sedikit skeptis) tentang tren kuliner yang unik ini.

Mari kita mulai dengan es batu bakar. Video yang beredar di media sosial menunjukkan bongkahan es batu dipanggang di atas api terbuka, lalu dibumbui dengan saus dan rempah-rempah. Alih-alih meleleh seperti yang kita duga, es batu ini malah terlihat "dimasak" dan disajikan di piring.

Aneh? Pasti. Menurut penjualnya, ia mendapatkan ide ini saat cuaca sedang terik. Tujuannya memberi sensasi dingin yang menyegarkan dengan cara yang tak terduga. Di luar dugaan ternyata es batu bakar ini disukai oleh para pembeli!

Sebagai orang yang tinggal di daerah tropis, kita semua mengerti betul perjuangan melawan hawa panas. Tapi terus terang, konsep es bakar ini masih sulit saya terima. Mungkin sensasi dingin yang didapat dari es serta saus dan rempah-rempah yang digunakan bisa menurunkan rasa gerah, atau mungkin ini hanya gimmick belaka.

Bagaimanapun juga kreativitas penjual kuliner ini patut diacungi jempol. Tren es bakar ini membuktikan bahwa dalam dunia kuliner, terobosan bisa datang dari hal yang tidak terduga.

Sekarang, mari kita beralih ke tren yang lebih ekstrem, tumis kerikil.

"Hahhh?!" mungkin itu reaksi pertama kamu, sama seperti saya.

Kerikil-kerikil ini tidak untuk dimakan, pastinya, tapi hanya untuk dihisap saja. Dimasak dengan ditambah bumbu seperti bawang putih, rosemary, cabai, dan daun perilla.

Konon sajian ini sudah ada berabad-abad lalu yang dimulai oleh para nelayan dari provinsi Hubei. Ketika mereka tidak berhasil menangkap ikan, mereka akan memasak kerikil dari sungai karena katanya rasanya seperti ikan.

Entah apa tujuan awal tren ini, tapi menurut saya, ini adalah bentuk kritik sosial yang cerdas. China memiliki populasi yang besar, dan isu keamanan pangan kerap menjadi perhatian. Tren tumis kerikil ini bisa jadi menyindir maraknya makanan "abal-abal" yang sebenarnya tidak layak konsumsi.

scmp.com
scmp.com

Apakah saya akan mencoba es bakar atau tumis kerikil jika ada kesempatan? Terus terang, untuk saat ini saya belum berani. Tapi tren kuliner aneh ini memberi kita perspektif baru. Makanan tidak melulu soal rasa, tapi juga bisa menjadi media ekspresi, entah itu kreativitas atau kritik sosial.

Jadi lain kali jika kamu melihat tren kuliner yang aneh, jangan langsung mencibir. Coba lihat lebih dalam, mungkin ada pesan tersembunyi yang ingin disampaikan. Siapa tahu, di balik keanehan tersebut tersimpan ide-ide segar yang bisa membawa dunia kuliner ke arah yang lebih menarik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun