Sehari-hari: "Kan...dibilang juga apa."
Bahasa Kategori 3
Bahasa dalam kategori 3 disebut sebagai bahasa "sulit". Hal ini dikarenakan bahasa-bahasa ini memiliki perbedaan linguistik dan budaya yang sangat signifikan dibandingkan dengan bahasa Inggris. Cukup banyak perbedaan mendasar antara bahasa-bahasa ini dengan bahasa Inggris, baik dari sisi tata bahasa, kosakata, sistem penulisan, maupun logatnya.
Beberapa contoh bahasa kategori 3 dari kelompok bahasa Eropa adalah bahasa Yunani dan Polandia. Sementara dari kelompok non-Eropa, ada bahasa Ibrani, bahasa Thailand, dan bahasa Vietnam.
Diperkirakan bahasa-bahasa yang masuk kategori 3 membutuhkan waktu sekitar 1.100 jam pembelajaran mencapai tingkat penguasaan bahasa yang memadai untuk berkomunikasi. Karena itu, bahasa kategori 3 tergolong sangat menantang untuk dipelajari oleh penutur asli berbahasa Inggris.
Bahasa Kategori 4
Ini adalah kategori bahasa yang paling sulit dipelajari bagi penutur asli bahasa Inggris. Disini ada bahasa Mandarin, Jepang, Arab, Korea, dan Kanton.
Alasan utama mengapa bahasa-bahasa ini dianggap paling sulit bagi penutur asli bahasa Inggris adalah karena perbedaan sistem penulisan, pelafalan, tata bahasa, logat, dan kosakata yang sangat jauh berbeda dibandingkan bahasa Inggris.
Misalnya, bahasa Mandarin dan Jepang menggunakan aksara-aksara yang harus dihafalkan, sementara bahasa Arab dan Korea memiliki abjad yang berbeda dengan huruf latin.
Meski demikian, tentu setiap orang memiliki tingkat kemampuan belajar bahasa yang berbeda-beda. Kategori yang ditetapkan Departemen Luar Negeri AS hanya berfungsi sebagai panduan umum untuk melihat tingkat kesulitan rata-rata suatu bahasa.
Yang jelas, dibutuhkan komitmen dan jam terbang tinggi bagi penutur asli bahasa Inggris untuk menguasai bahasa-bahasa tersebut sampai tingkat mahir. Perkiraan jam pelajaran oleh Departemen Luar Negeri bisa menjadi patokan yang berguna untuk tujuan tersebut.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI