Dengan melihat ulasan food blogger, kita bisa mendapatkan inspirasi untuk mencoba makanan baru, mengetahui tempat-tempat yang sedang hits, dan belajar tentang budaya dan sejarah makanan.
Tidak semua food blogger punya skill
Menjadi seorang food blogger bukanlah hal yang mudah. Selain harus memiliki pengetahuan tentang berbagai jenis makanan, kriteria, dan standar kualitas, seorang food blogger juga harus mampu menulis ulasan yang objektif, informatif, dan menarik.
Sayangnya, tidak semua food blogger bisa memenuhi kriteria tersebut. Banyak di antara mereka yang hanya menulis ulasan berdasarkan selera pribadi, tanpa mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti harga, porsi, layanan, dan suasana.
Bahkan ada yang cuma bisa bilang enak, enduul, mantap, atau kata-kata lebay lainnya tanpa menggambarkan makanan yang dicobanya serta layanannya.Â
Ada juga yang cuma modal terkenal atau good looking. Ulasan semacam ini tentu saja kurang bermanfaat bagi pembaca yang mencari informasi sebelum memilih tempat makan.
Oleh karena itu, seorang food blogger harus belajar untuk meningkatkan kemampuan mengulasnya agar bisa menghasilkan ulasan yang objektif dan berkualitas.
Contoh food blogger yang rasanya bisa dijadikan panutan adalah (Alm) Bondan Winarno yang terkenal dengan jargon 'Maknyus'.Â
Saya rasa semua sepakat dengan saya soal ini. Beliau dikenal sebagai seorang chef yang handal dan berpengalaman, serta seorang food blogger yang kritis dan informatif.
Food blogger yang saya follow
Ada beberapa kriteria yang saya gunakan untuk menilai kualitas seorang food blogger. Pertama, dia harus kompeten dalam bidangnya. Artinya, dia harus memiliki pengalaman dan pengetahuan yang cukup tentang bahan, proses, dan cita rasa makanan yang dia ulas.
Kedua, dia harus punya pengetahuan memadai tentang makanan. Artinya, dia harus bisa menjelaskan mengapa suatu makanan enak atau tidak. Bukan cuma bilang enak atau tidak enak, karena enak tidaknya makanan sifatnya relatif bagi penikmatnya.
Ketiga, dia harus tidak lebay dalam mengulas sebuah makanan. Artinya, dia harus bisa memberikan pendapat yang objektif dan jujur, tanpa terlalu memuji atau mencela suatu makanan.Â