Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, narsisme adalah sikap atau perilaku yang terlalu mengagumi diri sendiri atau terlalu memuja diri sendiri. Nah, apakah kalian pernah merasa seperti itu? Atau mungkin kalian kenal orang yang seperti itu?
Jangan malu untuk mengakuinya, karena sebenarnya semua orang punya jiwa narsis di dalam dirinya masing-masing. Yang membedakan hanya kadar levelnya saja.
Ada yang bilang bahwa narsisme itu adalah penyakit mental yang harus diobati. Ada lagi yang bilang narsisme itu adalah bakat yang harus dikembangkan. Ada juga yang bilang narsisme adalah gaya hidup yang harus dinikmati. Lalu, mana yang benar?
Sebenarnya tidak ada jawaban pasti untuk pertanyaan ini, karena setiap orang punya pandangan dan pengalaman yang berbeda-beda. Namun, saya akan mencoba memberikan beberapa sudut pandang yang mungkin bisa membantu kalian memahami lebih jauh tentang fenomena narsisme ini.
Sisi positifnya
Narsisme bisa menjadi sumber motivasi dan kepercayaan diri bagi seseorang. Orang yang narsis biasanya memiliki cita-cita yang tinggi dan tidak mudah menyerah dalam menghadapi tantangan. Mereka memiliki rasa percaya diri yang kuat dan tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain.
Mereka biasanya memiliki bakat dan kemampuan yang luar biasa di bidang tertentu, seperti seni, olahraga, bisnis, atau politik. Selain itu mereka memiliki daya tarik dan karisma yang membuat orang lain tertarik dan mengaguminya.
Sisi negatifnya
Narsisme bisa menjadi sumber masalah dan konflik bagi seseorang. Orang yang narsis biasanya memiliki ego yang besar dan tidak mau mengakui kesalahan atau kekurangan dirinya. Mereka tidak peduli dengan perasaan atau kepentingan orang lain, asalkan dirinya puas dan senang.
Orang yang narsis juga sulit untuk bekerja sama atau berkomunikasi dengan orang lain, karena merasa dirinya lebih pintar atau lebih hebat dari orang lain. Cenderung mudah marah atau tersinggung jika mendapat kritik atau penolakan dari orang lain.
Sisi netralnya
Narsisme adalah sebuah spektrum yang memiliki rentang luas dari rendah sampai tinggi. Tidak ada batasan pasti untuk menentukan apakah seseorang itu narsis atau tidak. Semua tergantung pada konteks dan situasi yang dihadapi oleh seseorang tersebut.
Ada kalanya seseorang perlu bersikap narsis untuk mencapai tujuan atau impian mereka. Ada kalanya seseorang perlu bersikap rendah hati untuk menjaga hubungan atau kerjasama mereka dengan orang lain. Yang penting adalah menemukan keseimbangan antara narsisme dan empati, antara kepentingan diri sendiri dan kepentingan bersama.
Jika kalian punya pendapat atau pengalaman tentang narsisme, silakan tulis di kolom komentar ya.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI