Mohon tunggu...
Rully Moenandir
Rully Moenandir Mohon Tunggu... Administrasi - TV and Movie Worker

Seorang ayah dari 4 anak yang bekerja di bidang industri televisi dan film, serta suka sekali berbagi ilmu dan pengalaman di ruang-ruang khusus sebagai dosen maupun pembicara publik. Baru buat blog baru juga di rullymoenandir.blogspot.com, setelah tahun 2009 blog lamanya hilang entah kemana.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

(Part 2) Webinar PAJ: Paska Pandemi Penggunaan Robot Meningkat

7 Mei 2021   06:10 Diperbarui: 7 Mei 2021   09:38 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melanjutkan cerita saya tentang WEBINAR Perhimpunan Alumni Jerman - PAJ (website resmi) yang dibuka oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (lihat disini) saat memperingati Hari Kartini 2021 lalu. Kali ini saya akan sedikit menukil paparan dari salah satu wanita yang dipilih sebagai narasumber dalam webinar tersebut. Ia Isti Dhaniswari, sosok Kartini masa kini yang sudah tinggal di Jerman selama kurang lebih 26 tahun, yang dikenal sebagai Trend Forecaster Product Industry dan juga aktif sebagai Pengurus IASI Jerman e.V plus Pengurus Ikatan Alumni Institut Tenologi Bandung (IA-ITB) di Jerman.

Isti yang sudah dikenal hampir 1 dekade terakhir di Indonesia, mengawali paparannya mengenai apa itu Trend Forecaster. Dimana Indonesia yang merupakan negara besar, dengan keberagaman masyarakat dan kekayaan kesehariannya justru kurang mengenal apa itu Trend Forecasting. Padahal, sudah sejak lama, industri dunia menggunakan jasa Trend Forecaster dalam menentukan arah atau menelurkan produk-produknya kedepan, berdasar perhitungan para trend forecaster ini. Sehingga, banyak sekali bermunculan, perusahaan-perusahaan besar yang bergerak dalam penyediaan jasa Trend Forecasting di dunia.

Isti yang juga sempat berbicara sebagai dosen tamu di kampus jurusannya, Desain Produk Industri ITB memaparkan bahwa Trend Forecasting bukan berarti meramal tren di masa yang akan datang. Tapi, semuanya ini dilakukan berdasar metodologi tertentu yang dihitung berdasar perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat, sehingga perkiraan akan tren pada suatu masa bisa dipastikan merupakan hal yang akan terjadi kedepan.

Trend Forecasting tidak hanya berkutat pada bidang fashion, atau bentuk-bentuk produk kreatif saja. Di luar negeri, hampir segala bidang menggunakan jasa Trend Forecaster. Sebut saja tren interior, arsitektur, makanan, kecantikan, kedokteran, dan lain sebagainya yang kemudian akan sangat berpengaruh kepada perkiraan perilku (future insight), strategi perusahaan (brand strategy), perilaku konsumen consumer profile), bahkan kebijakan (policy) tertentu yang akan dibuat. Sehingga jelas sekali, keberadaan Trend Forecaster ini sangat dibutuhkan di dunia industri apapun dalam keseharian kita.

screenshot webinar
screenshot webinar

Isti juga mencontohkan, beberapa Trendsetter yang merupakan aplikator pertama dari hasil Trend Forecasting seperti Mark Zukerberg yang seringkali dalam setiap kesempatan hanya menggunakan T-Shirt Abu dengan celana santai hitam plus sepatu kets, akhirnya bisa membentuk penilaian baru dalam kehidupan manusia bahwa pengguna T-Shirt dengan celana dan sepatu santai saat ini tidak akan lagi mengalami pengusiran oleh pihak hotel berbintang lima atau restoran mewah karena menggunakan pakaian santai tidak lagi terkonotasi dengan orang yang tidak berduit, bahkan bisa jadi merupakan jutawan atau milyuner.

Divisi Research and Development atau RnD, merupakan post yang harus diisi atau terinfluence dengan hasil-hasil perhitungan Trend Forecasting. Dimana menurut Isti yang kini bekerja di salah satu perusahaan Trend Forecasting di Jerman, TRENVM mengatakan RnD yang merupakan hulu dalam setiap langkah produksi merupakan penentu sebelum produk apapun itu dibuat atau di produksi, sehingga jika di hulu ini tidak mengetahui Tren yang akan datang, akan menjadi bumerang jika produk tadi diluncurkan.

Setidaknya sudah 5 buku yang terbit dari tangan Isti, dimana 2 buku terakhirnya diterbitkan oleh BEKRAF (saat ini menjadi KEMENPAREKRAF) dan menjadi acuan terhadap karya-karya kreatif di Indonesia, dan mendulang kesuksesan, baik lokal, maupun pasar dunia khususnya Eropa. What a great contribution ya ?

Nah, yang paling menarik dalam paparan saat Webinar kali ini dari PAJ (Perhimpunan Alumni Jerman) adalah Isti memberikan Forecastingnya untuk masa Post-Pandemic alias Paska Pandemi COVID-19. Dimana kondisi ini tidak saja dialami oleh Indonesia, namun terjadi dibelahan dunia manapun.
Sedikitnya ada 3 hal yang dijadikan Kartini kita satu ini sebagai hal nyata yang saat ini terjadi, yaitu Anticipatory Grief, Anti Zero Waste, dan Increasing of Waste. Yang akhirnya, akibat itu semua menjadikan penggunaan Robotic kemudian akan menjadi tren yang sangat diperhitungkan. Robot yang tidak bisa membawa penyakit, tidak bisa sakit, tidak mengeluarkan sampah secara berkesinambungan akan menjadi pilihan utama sebagai pengganti manusia untuk bekerja/ berproduksi. Isti mengambil contoh di Jerman, dimana saat ini Deutsche Post atau perusahaan pos pemerintah sudah mulai menggunakan robot sebagai "pembantu" pekerjaan para pekerja pos disana. Hal-hal yang sebelumnya dikerjakan beberapa orang, kini tergantikan dengan kehadiran robot yang akhirnya terlihat efisian dan "prima" karena tanpa terpengaruh gangguan pandemi yang masih terjadi.

screenshot webinar
screenshot webinar

Namun demikian, Isti menambahkan sedikitnya ada 4 (empat) hal yang bisa dimanfaatkan sebagai counter setelah masa pandemi ini. Hal-hal tadi diantaranya :
1. ALTRUISM - Anti Ego Branding, ketika masa pandemi ini banyak kelompok orang yang anti terhadap kelopok usia tertentu (lansia), dimana biasanya mereka sangat "galak" atau "cerewet" terhadap kelompok muda dan bahkan seringkali terjadi cekcok. Dimasa pandemi ini justru kelompok muda inilah yang kemudia menjadi lebih berempati kepada kaum lansia, karena mereka adalah salah satu korban pandemi yang paling banak mengigat daya tubuhnya sudah lemah sehingga rentan tertular virus. Selain itu, tumbuhnya ekonomi akibat "ketidaksengajaan kreatif" yang awalnya adalah hanya untuk membantu pihak lain akibat pandemi, justru menjadi tren di masyarakat.
2. CULT-URE community culture cult, ketika manusia hidup dalam "bola"nya masing-masing, sebenarnya ini bisa dijadikan nilai yang positif dalam membantu memulihkan perekonomian yang sempat terpuruk dalam masa pandemi
3. MITIERRA - locality pride, pembatasan aktifitas atau bahkan lockdown kedepan bukan lagi menjadi "kesengsaraan", bahkan kedepan akan menjadi titik balik untuk juga menjadi "lumbung ekonomi" baru akibat menurunnya misalanya ekonomi pariwisata. Penduduk setempat yang mungkin sebelumnya fokus hidup dari pariwisata, karena minimnya turis kemudian akan kembali menjadi petani atau pekerjaan lain diluar pariwisata yang kemudian akan menumbuhkan sektor industri lain yang menjadi tulang punggung perekonomiannya.
4. TECHNOCRAFT - tailor made technology, munculnya start-up berbasis technology yang menjadi kekuatan baru untuk menumbuhkan ekonomi kedepan.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun