Di sore hari 25 Maret 2021, 15.30 WIB atau pukul 10:30 CEST Jerman, sebuah Organisasi perkumpulan alumni Jerman - PAJ (Perhimpunan Alumni Jerman) mengadakan sebuah seminar daring yang mengangkat isu pergerakan kewanitaan dalam rangka memperingati hari Kartini 21 April lalu.
Seminar yang digelar menggunakan Aplikasi Zoom ini, terbilang baru dilakukan oleh PAJ, mengigat kepengurusan kali ini baru dilakukan estafet dari kepengurusan sebelumnya akhir Desember 2020 lalu, sedangkan serahterima jabatannya juga efektif dilakukan sebelum bulan Ramadan kali ini, yakni akhir Januari 2021 kemarin (lihat videonya disini).
Tidak kurang dari 50 peserta seminar bergabung, untuk mendengarkan para pembicara Wanita Indonesia tangguh yang saat ini menetap di Jerman. Para Wanita yang menjadi kunci webinar ini adalah :
1. Isti Dhaniswari, seorang Trend Forecaster dan pengurus IASI Jerman
2. dr. Prasti Pomarius, Dokter Bedah Umum di Jerman dan pengurus IASI Jerman
3. Tri Ambar IndriastiHafner, seorang pegiat budaya Nusantara di Jerman, pengurus KAGAMA Jerman
Ada 3 organisasi lain yang mendukung kegiatan Webinar PAJ kali ini, Â ada IASI e.V, KAGAMA, dan IA-ITB.
IASI e.V adalah kumpulan ahli dan sarjana lulusan Jerman yang sangat aktif dalam pergerakan baik di Jerman maupun kerjasama dalam banyak bidang dengan Indonesia. Sedangkan KAGAMA dan IA-ITB merupakan wadah alumni Universitas Gajah Mada dan Institut Teknolobi Bandung cabang Jerman, dimana para lulusan kedua kampus tadi banyak sekali yang meneruskan kuliah baik jenjang S1, S2, maupun S3, atau bahkan kemudian bekerja di Jerman.
===
Sambil menunggu peserta lain bergabung, dalam suasana yang sangat cair para pembicara saling bertegur sapa dengan peserta seminar lainnya. Peserta yang hadir, yang tinggal di Indonesia dan Jerman saling bertukar kabar, terutama mereka yang sudah hampir setahun terakhir lama tidak bisa saling bertemu langsung terkait pandemi COVID-19.
Baik yang sama-sama tinggal di Jerman, karena pengaruh Lockdown yang berseri, juga kerabat di Indonesia yang juga sulit melakukan perjalanan pulang ke Indonesia karena terbatasnya atau dihilangkannya beberapa jalur penerbangan yang biasa digunakan.
Dan yang tidak kalah penting, Bapak Ganjar Pranowo Gubernur Jawa Tengah yang didapuk untuk membuka seminar daring dan menyampaikan pandangannya terkait tema, justru sudah lebih dulu bergabung didalam forum dan menyapa semua peserta dengan sangat ramah.
===
Tepat 20 menit kemudian setelah dibuka dengan do'a, Host Ibu Nina Ernawati yang juga menduduki jabatan sebagai KaBid Pariwisata di Kepengurusan periode 2020-2023 ini, mulai memperkenalkan beberapa jajaran pengurus Perhimpunan Alumni Jerman (PAJ) lainnya yang sudah hadir.
Ketua Umum Vidi Galenso Syarief, Sekertaris Jendral Don Haidy Abel, Thomas Agung Jonathan sebagai Bendahara Umum, adalah trio yang saat pemilihan sebelumnya dalah 3 pesaing yang kini saling bersinergi membangun PAJ.
Kemudian, Deni Hosea atau Denos yang menduduki jabatan sebagai WaSekJen, Aam Purnama Muharam sebagai WaKa Media & IT, Ronald Christian Adelius sebagai WaKa Ekonomi & Pariwisata, Hiroshi yang menjabat WaKa yang membidani Pendidikan, serta Hensi dan Bagus sebagai KaBid Sosial Media dan IT, juga turut diabsen untuk diperkenalkan kepada seluruh peserta webinar.
===
Gubernur Jawa Tengah 2 periode Ganjar Pranowo-pun melanjutkan acara setelah diminta oleh Host untuk memberikan sambutannya dan kemudian membuka secara resmi kegiatan ini.
Ganjar yang hadir dengan menggunakan  kaos sleeves bertuliskan "MASKERAN KEREN" dengan santai dan rendah hati mengatakan kegembirannya dan kebaggaannya karena bisa diundang dan hadir di acara yang sangat Keren, karena berada di tengah-tengah para warga negara Indonesia yang bisa membanggakan bangsanya di luar negeri khususnya Jerman. Walau sedikit ia menyinggung kasus soal "deklarasi" Nabi ke-26 di Jerman, yang dilakukan warganya.
Ia kemudian bercerita panjang lebar mengenai "gejolak" yang terjadi terkait perempuan dan keluarga di wilayah yang dipimpinnya selama ini, terlebih di masa pandemi akhir-akhir ini.
Kondisi kesehatan dan tekanan ekonomi yang hadir, menjadi PR (pekerjaan rumah) yang sangat signifikan terutama sudah tertanamnya kesan fasilitas kesehatan yang buruk di wilayahnya, sehingga banyak ibu hamil dan janin yang dikandung meninggal dikarenakan tingkat kepercayaan masyarakat yang rendah terhadap tenaga medis. Dukun-lah yang akhirnya menjadi pilihan utama. Hal-hal tadi justru diketahui sebelumnya oleh pihak luar yakni UN (United Nations  PBB), sehingga ia dan jajarannya dengan sigap menanggapi dan mengadakan pendekatan ke masyarakat, merubah asumsi yang beredar bahwa sebenarnya pelayanan kesehatan di Jawa Tengah sudah sangat baik. Dan akhirnya penurunan tingkat kematian tadi bisa ditekan, setelah jalur komunikasi yang sebelumnya "rusak" diperbaiki melalui program "Ngintip Orang Hamil" yang langsung jadi perbincangan. Program yang mengurusi ibu hamil dengan "memantau" secara baik oleh dinas terkait untuk memastikan kesehatan, asupan gizi, dan waktu serta transport menuju kelahiran nanti.
Masa pandemi, yang membuat banyak lapangan kerja hilang dan makin sulitnya mencari pekerjaan juga berdampak tinggi pernikahan di usia muda. Dimana efeknya adalah kehamilan di usia sangat dini juga menjadi penentu tambahan rentannya kematian. Pekerjaan tambahan menjadi bertambah dengan mengadakan kampanye-kampanye khusus agar perlakuan orang tua dan kesadaran anak-anak usia sekolah ini untuk tidak melakukan pernikahan di usia muda agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, khususnya soal kehamilan.
Kemudian Ganjar melanjutkan "curhat"nya, dimana selain segi kesehatan ia juga mendapati bahwa untuk bisa pemerintahannya lebih menyerap aspirasi masyarakat, ia merubah sistem yang sebelumnya masyarakat yang harus mendatangi pemerintah dirubah total dimana kali ini, pemerintah justru yang mendekati masyarakatnya. Dan dengan hal inilah terjadi banyak perubahan, dimana sebelumnya banyak kasus tidak bisa terselesaikan. Ia mencontohkan dimana ada seorang ibu yang merupakan seorang nelayan, hidupnya "mandeg" karena di KTPnya tertulis ibu rumah tangga; yang selama ini ia berusaha merubah status KTPnya tadi menjadi NELAYAN. Dan terbukti, setelah difasilitasi oleh sang Gubernur ibu nelayan tadi menjadi jauh lebih produktif karena bisa mendapat akses permodalan, pelatihan, bantuan, dan lainnya.
Maka dari itu, kemudian Ganjar memberikan prioritas khusus kepada 3 kriteria masyarakat, yakni Wanita, Difabel, dan anak-anak, karena selama ini ternyata 3 golongan ini sering terpinggirkan, padahal di tiga golongan ini justru mampu menguak apa yang terjadi sebenarnya di lapangan. Sehingga diharapkan jika golongan ini bisa dibantu, difasilitasi, akan mampu menurunkan tingkat "complain" di masyarakat.
Kurang lebih 15 menit Ganjar membagi "kisah"nya selama menjabat di Jawa Tengah. Ia berharap para Alumni Jerman juga mampu mengedepankan kepentingan bangsa, salah satunya Ganjar membuka kerjasama dengan PAJ (Perhimpunan Alumni Jerman) untuk merealisasikan dalam bentuk apapun demi kepentingan bersama.
Akhirnya sesi Ganjar-pun ditutup dengan kemudian membuka Webinar secara resmi, dan memberikan lebih besar waktu bagi para pembicara dan peserta untuk berdiskusi secara luas.
(bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H